digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Putik Van Dini
PUBLIC Alice Diniarti

Kecoak Jerman, Blatella germanica L (Dictyoptera : Blattelidae) merupakan serangga yang kerap dianggap sebagai hama pemukiman. Seringkali dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Namun, penggunaan insektisida yang terus berulang menyebabkan timbulnya resistensi. Adanya resistensi tersebut dapat mengakibatkan penggunaan insektisida menjadi tidak efektif. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari apakah beberapa strain kecoak Jerman yang sebelumnya telah dilaporkan resisten pada tahun 2011 dan 2013, kemudian dipelihara di laboratorium selama lebih dari sepuluh tahun tanpa tekanan seleksi insektisida mengalami perubahan tingkat resistensi. Untuk melihat hal tersebut pengujian resistensi dengan metode topikal dilakukan dengan insektisida berbahan aktif deltametrin, propoksur, fipronil, dan permetrin. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa kecoa Jerman, Blatella germanica yang pada awalnya resisten terhadap beberapa insektisida, setelah dipelihara selama lebih dari 10 tahun di laboratorium tanpa perlakukan insektisida, tingkat resistensi menurun bahkan beberapa menjadi strain yang rentan, contohnya strain MDN2 yang semula termasuk resisten ekstrim tinggi (RR50 : 1072 kali) terhadap deltametrin berubah menjadi rentan (RR50 : 1 kali), strain ACH2 semula termasuk resistensi tinggi terhadap propoksur (RR50 : 48,64 kali) menjadi rentan dan terhadap fipronil dari resistensi tinggi (RR50: 12,21) menjadi rentan. Terjadinya penurunan tingkat resistensi dimungkinkan karena adanya pengurangan frekuensi gen resisten maupun tingginya fitness cost pada kecoak Jerman resisten. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk merancang cara pengendalian kecoak Jerman yang lebih baik.