digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


HABIBAH AZMIYATUS SHOLIHAH
EMBARGO  2028-08-04 

HABIBAH AZMIYATUS SHOLIHAH
EMBARGO  2028-08-04 

HABIBAH AZMIYATUS SHOLIHAH
EMBARGO  2028-08-04 

HABIBAH AZMIYATUS SHOLIHAH
EMBARGO  2028-08-04 

HABIBAH AZMIYATUS SHOLIHAH
EMBARGO  2028-08-04 

HABIBAH AZMIYATUS SHOLIHAH
EMBARGO  2028-08-04 


Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang disebabkan oleh penurunan kadar asetilkolin di otak, yang berdampak pada gangguan memori dan kognisi. Penurunan kadar asetilkolin ini terjadi karena asetilkolinesterase menghidrolisis asetilkolin. Untuk mengurangi penurunan tersebut, diperlukan senyawa yang dapat menghambat aktivitas asetilkolinesterase. Lawson merupakan senyawa yang diisolasi dari tanaman pacar kuku (Lawsonia inermis) dan dilaporkan memiliki banyak aktivitas biologis, seperti antikanker, antibakteri, dan inhibitor asetilkolinesterase. Tujuan penelitian ini adalah untuk mensintesis turunan lawson melalui reaksi Knoevenagel dan mengidentifikasi potensinya sebagai inhibitor asetilkolinesterase. Sintesis dilakukan dengan mereaksikan lawson dengan amina primer dan formaldehid selama 12 jam. Optimasi reaksi juga dilakukan melalui variasi beberapa pelarut, yaitu etanol, metanol, gliserin, BMIM–BF4 (1–butil–3–metilimidazolium tetrafloroborat), tetrahidrofuran, dan asetonitril. Karakterisasi dilakukan menggunakan 1D–NMR (1H–NMR, 13C–NMR, TOCSY1D, dan NOESY1D), 2D–NMR (HSQC dan HMBC), dan MS. Sedangkan uji aktivitas biologis terhadap asetilkolinesterase dilakukan dengan metode Ellman. Pada penelitian ini telah berhasil disintesis delapan senyawa turunan lawson, dimana dua diantaranya merupakan senyawa baru, yaitu 2 hidroksi–3–(((4–metoksibenzil)amino)metil)naftalen–1,4–dion (1) dan 2–hidroksi–3–(((4 metilbenzil)amino)metil)naftalen–1,4–dion (2). Selain itu, terdapat enam senyawa yang telah dilaporkan oleh penelitian sebelumnya, yaitu 2–((benzilamino)metil)–3–hidroksinaftalen–1,4 dion (3), 2–((etilamino)metil)–3–hidroksinaftalen–1,4–dion (4), 2–((butilamino)metil)–3 hidroksinaftalen–1,4–dion (5), 2–((heksilamino)metil)–3–hidroksinaftalen–1,4–dion (6), 2 hidroksi–3–((piridin–2–ilamino)metil)naftalen–1,4–dion (7), dan 2–hidroksi–3–((piridin–4 ilamino)metil)naftalen–1,4–dion (8). Kedelapan senyawa tersebut memiliki rendemen sebesar 43,8–67,8%. Reaksi antara lawson dengan 4–metoksianilin dan 3,4–dimetilanilin diharapkan menghasilkan senyawa 2–hidroksi–3–(((4–metoksifenil)amino)metil)naftalen–1,4–dion (9) dan 2–(((3,4–dimetilfenil)amino)metil)–3–hidroksinaftalen–1,4–dion (10). Namun, hasil sintesis menunjukkan terbentuknya senyawa 3,3'–metilenbis(2–hidroksinaftalen–1,4–dion) (11) yang diduga dipengaruhi oleh rendahnya sifat nukleofilik dari amina aromatik yang digunakan sehingga tidak mendukung pembentukan turunan lawson yang diharapkan. Uji inhibisi terhadap asetilkolinesterase menunjukkan senyawa 1, 2 dan 3 menginhibisi dengan persentase 52,9%, 15,3%, dan 35,6% secara berturut–turut pada konsentrasi 50 ?M. Pada konsentrasi yang sama, lawson menunjukkan aktivitas inhibisi sebesar 20,6%. Berdasarkan hasil penelitian ini, sintesis turunan lawson dengan penambahan gugus benzilamin dapat meningkatkan aktivitas inhibisi terhadap asetilkolinesterase.