digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri pertambangan menghadapi kompleksitas dan tekanan, khususnya dalam pengelolaan ketersediaan peralatan dan pemeliharaan alat berat—dua aspek krusial untuk menjaga pencapaian target produksi. KPC, salah satu tambang batu bara terbuka terbesar di dunia, beroperasi di bawah kebijakan pengendalian biaya yang ketat, namun terus menghadapi tantangan dalam mempertahankan tingkat ketersediaan peralatan yang tinggi. Tantangan utama muncul di Departemen Pemeliharaan Alat Berat (Heavy Equipment Maintenance/HEM) yang berkaitan dengan unit dozer Komatsu D85ESS, yang memerlukan pemeliharaan meneyeluruh berkala. Tapi biaya pemeliharaan menyeluruh sering kali melebihi batas kebijakan perusahaan, yakni 60% dari harga pengganti alat baru. Hal ini mengganggu perencanaan pemeliharaan dan mengurangi ketersediaan peralatan, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap indikator kinerja utama (KPI) terkait produktivitas alat dan pengeluaran departemen. Analisis pemangku kepentingan menunjukkan bahwa keputusan pemeliharaan memengaruhi tidak hanya internal departemen, tetapi juga mitra eksternal dan kontraktor. Temuan dari metode Analytic Hierarchy Process (AHP) mengindikasikan bahwa perombakan paket pemeliharaan merupakan pilihan paling efektif untuk menyeimbangkan pengelolaan biaya dan kinerja operasional. Opsi penyewaan unit berada di peringkat kedua karena fleksibilitasnya, namun menghadapi tantangan terkait integrasi dan ketersediaan jangka panjang. Sementara itu, pembelian unit baru—meskipun menawarkan keandalan teknologi—menjadi alternatif paling tidak disukai karena tingginya kebutuhan belanja modal serta pertimbangan berakhirnya Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) KPC pada tahun 2031, yang meningkatkan ketidakpastian bisnis dan membatasi investasi jangka panjang. Studi ini memberikan kontribusi teoretis dengan menunjukkan bagaimana metode Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria (Multi-Criteria Decision-Making/MCDM)—khususnya integrasi antara ValueFocused Thinking (VFT) dan AHP—dapat mendukung pengambilan keputusan yang kompleks di lingkungan industri. Secara praktis, studi ini menawarkan model pendukung keputusan yang dapat direplikasi bagi organisasi di industri padat aset seperti pertambangan, konstruksi, dan energi. Kajian ini ditutup dengan rencana implementasi yang disesuaikan untuk Departemen HEM, dengan penekanan pada kolaborasi dengan pemangku kepentingan.