Resistensi bakteri terhadap antibiotik menjadi masalah yang signifikan bagi Indonesia dan dunia.
Semakin banyak antibiotik-antibiotik yang sudah tidak peka terhadap beberapa bakteri tertentu,
sehingga berdampak pada lama pengobatan pasien, infeksi lain yang akan diderita pasien, biaya
yang semakin mahal, dan dapat menyebabkan kematian. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat
dapat menjadi factor penyebab terjadinyaresistensi. Sehingga diperlukan suatu sistem
pengendalian resistensi yang dilakukan secara kontinyu, salah satunya adalah dengan
mendokumentasikan pola resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola resistensi
bakteri sebagai dasar pemilihan antibiotik yang rasional, dan menentukan pergeseran resistensi
bakteri terhadap antibiotik pada periode tertentu secara statisitik dengan uji chi kuadrat. Penelitian
ini merupakan studio bservasional dengan desain retrospektif. Sumber data yang digunakanadalah
data hasil uji kultur di laboratorium dan laporan hasil uji resistensi bakteri, terdiri dari spesimen
yang diuji, jenis bakteri yang terdapat dalam spesimen, dan jumlah isolat bakteri yang sensitif
terhadap antibiotik pada periode Juli-September 2013 hingga Oktober-Desember 2014 di ruang
rawat jalan. Total spesimen yang diperoleh dari seluruh periode sebanyak 10 spesimen, dengan
jenis spesimen terbanyak adalah urin (37,6%). Dari total bakteri penginfeksi, Escherichia coli
menduduki prevalensi tertinggi pada tiap periode (28-35%) dan paling banyak ditemukan di urin
(33-55%). Acinetobacter baumannii merupakan bakteri Gram negatif dengan prevalensi resistensi
tertinggi di setiap periode dengan rentang (61-89%). A.baumannii pada empat periode telah
resisten dengan beberapa antibiotik pilihan dan alternatif. Sedangkan prevalensi resistensi paling
tinggi bakteri gram positif pada setiap periode adalah Enterococcus faecalis (Januari-Maret dan
April Juni 2014 dengan rentang 57-65,5%) dan Staphylococcus haemolyticus (Juli-September
2013 dan Oktober-Desember 2014 60-71%). Hanya pada periode Januari-Maret 2014, E. faecalis
resisten terhadap antibiotik alternatif, sedangkan S. Haemolyticus telah resisten dengan antibiotik
alternatif pada periode Juli-September 2013 Juli-September dan Oktober-Desember 2014.
Terdapat pergeseran secara bermakna dari sensitif ke resisten pada bakteri Staphylococcus
epidermidis terhadap antibiotik eritromisin, gentamisin, dan piperasilin tazobaktam dari periode
Januari-Maret 2014 sampai Juli-September 2014 (x
2
hitung 25,49) juga pada Acinetobacter
baumanii terhadap antibiotik siprofloksasin, piperasilin tazobaktam, dan tigesiklin padaperiode
Januari-Maret sampai Oktober-Desember 2014 (x
2
hitung tidak terhingga). Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa spesimen terbanyak adalah urin (37,6%) dengan E. Coli bakteri
penginfeksi terbanyak pada urin (33-55%) dan juga merupakan bakteri penginfeksi terbanyak pada
setiap periode (28-35%). A.baumanii, E. faecalis, dan S.haemolyticus merupakan bakteri dengan
prevalensi resistensi paling banyak terhadap antibiotik-antibiotik pilihan, alternatif, dan hasil uji
pada semua periode. Dan terdapat pergeseran secara bermakna dari resisten ke sensitif pada bakteri
S.epidermidis dan Acinetobacter baumannii
Perpustakaan Digital ITB