Saat ini, Jakarta sebagai kota besar yang telah bertransformasi menjadi Daerah Khusus Jakarta, setelah tidak lagi menyandang status sebagai ibu kota negara, terus mengalami pertumbuhan yang pesat, baik dari segi jumlah penduduk, aktivitas ekonomi, maupun pembangunan infrastruktur. Pertumbuhan ini di satu sisi mencerminkan dinamika perkembangan kota, namun di sisi lain juga memunculkan tantangan besar dalam penyediaan sarana transportasi yang memadai, pengendalian tata ruang, serta penciptaan lingkungan perkotaan yang layak huni. Kompleksitas permasalahan tersebut menuntut adanya pendekatan perencanaan kota yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan. Pemerintah pun mulai menyadari pentingnya penguatan konektivitas transportasi publik sebagai salah satu kunci utama dalam mendukung arah pembangunan kota di masa depan. Salah satu strategi yang dikembangkan adalah penerapan konsep Transit Oriented Development (TOD), yang difokuskan pada sejumlah kawasan strategis di Jakarta, termasuk kawasan Dukuh Atas sebagai kawasan pengembangan TOD pertama di kota ini.
Kawasan TOD Dukuh Atas merupakan salah satu simpul penting dalam pengembangan perkotaan Jakarta karena posisinya yang strategis. Sebagai titik temu antar moda transportasi utama seperti LRT, MRT, dan KRL, kawasan ini menjadi lokasi pengembangan TOD pertama di Jakarta dan memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai pusat pertumbuhan masyarakat perkotaan. TOD Dukuh Atas dirancang dengan prinsip pengembangan kawasan perkotaan berkelanjutan dalam radius 400 meter dari simpul transit, yang mendorong penggunaan transportasi umum serta menciptakan lingkungan yang ramah bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda. Namun, dalam implementasinya, kawasan ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah perubahan tata letak Stasiun LRT yang kini berada di luar radius 400 meter, yaitu radius 800 meter dari pusat kawasan. Hal ini berdampak pada menurunnya efektivitas perencanaan spasial dan menyebabkan pengelolaan lahan menjadi kurang optimal. Kawasan yang seharusnya terintegrasi untuk memusatkan aktivitas masyarakat justru masih terfragmentasi dan belum menunjukkan orientasi yang kuat terhadap simpul transit. Akibatnya, pola aktivitas masyarakat belum sepenuhnya terfokus pada titik-titik transit, sehingga menciptakan ketidakefisienan penggunaan ruang dan meningkatkan tekanan terhadap infrastruktur eksisting, termasuk munculnya kemacetan di sekitar kawasan tersebut.
Terfokus pada Stasiun LRT Dukuh Atas yang menjadi titik simpul transportasi penting bagi masyarakat dari berbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya, stasiun ini dirancang untuk mendukung integrasi antar moda transportasi serta fasilitas di kawasan sekitarnya. Namun, area di sekitar Stasiun LRT Dukuh Atas tidak ada fasilitas akibat terpusatnya pembangunan hanya pada radius 400 meter dari titik transit utama, sehingga fasilitas yang berada di sisi stasiun LRT menjadi kurang optimal. Ketidakseimbangan ini menyulitkan upaya pengelolaan kawasan secara efisien dan berkelanjutan, karena aktivitas masyarakat tidak merata dan cenderung tersebar. Menyadari pentingnya integrasi fungsi lahan yang terhubung langsung dengan simpul transportasi, diperlukan perencanaan spasial yang mampu mengakomodasi konektivitas antar moda dan mendukung aktivitas masyarakat di seluruh area TOD, termasuk pada radius yang lebih luas hingga 800 meter. Hal ini menjadi isu penting untuk memastikan bahwa kawasan TOD Dukuh Atas mendukung prinsip keterpaduan, aksesibilitas, dan keberlanjutan dalam pengembangan perkotaan Jakarta.
Mixed use Lifestyle Center merupakan konsep perancangan bangunan yang diterapkan pada kawasan TOD Dukuh Atas sebagai solusi untuk menyediakan fasilitas multifungsi, yaitu dengan fungsi komersial, hunian, dan ruang publik yang terintegrasi langsung dengan Stasiun LRT Dukuh Atas Perancangan ini ditujukan untuk memfasilitasi keragaman aktivitas transit dalam radius 800 meter, sehingga mendukung terciptanya lingkungan perkotaan yang inklusif, efisien, dan berorientasi pada transportasi publik. Konsep ini diperkuat dengan penerapan pendekatan Biophilic Design yang menekankan pentingnya hubungan manusia dengan alam dalam konteks perkotaan, melalui penyediaan ruang terbuka hijau yang berkualitas. Pendekatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan kualitas lingkungan kawasan TOD Dukuh Atas secara keseluruhan.
Pengumpulan data dan studi preseden sejenis sebagai bagian dari metode dalam merancang yang bertujuan untuk menjadi referensi dalam menganalisa strategi desain perancangan yang tepat dalam mewujudkan pengoptimalisasi kawasan TOD Dukuh Atas khususnya pada area yang terintegrasi langsung dengan Stasiun LRT Dukuh Atas. Solusi perancangan yang diusulkan melalui konsep perancangan Mixed-use Lifestyle Center dengan pendekatan Biophilic Design bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan, meningkatkan kualitas lingkungan, serta menciptakan pusat aktivitas masyarakat yang efisien, inklusif, dan ramah lingkungan. Dengan solusi desain perancangan ini, kawasan TOD Dukuh Atas diharapkan dapat berfungsi secara optimal sebagai simpul transportasi sekaligus ruang hidup perkotaan yang mendukung mobilitas berkelanjutan dan kualitas hidup masyarakat dalam perkembangan kota Jakarta.