digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dokumen Asli
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan

Cerebral palsy (CP) merupakan gangguan motorik, keseimbangan, dan postur tubuh yang umumnya terjadi pada anak-anak akibat kerusakan otak saat masa perkembangan awal. Kondisi ini secara signifikan memengaruhi kemampuan gerak dan koordinasi tubuh, dengan prevalensi 0,09% pada anak usia 24-59 bulan di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia. Cerebral palsy spastik, sebagai tipe yang paling umum mencakup 77,4% dari total penderita CP secara global, menyebabkan kekakuan otot serta peningkatan tonus otot yang membuat gerakan menjadi kaku, tersentak, dan terbatas. Di Indonesia, angka prevalensi CP mencapai 1-5 per 1.000 kelahiran hidup menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014. Fisioterapi merupakan komponen vital dalam rehabilitasi pasien cerebral palsy, terutama terapi gait (pelatihan berjalan) yang bertujuan meningkatkan kemampuan motorik, mencegah komplikasi muskuloskeletal, dan merangsang perkembangan saraf. Idealnya, pelatihan gait harus dilakukan dengan konsistensi dalam pengaturan sudut gerakan dan beban pada tubuh pasien untuk memastikan efektivitas terapi yang optimal. Namun, kondisi terapi fisioterapi di Indonesia masih menghadapi keterbatasan signifikan. Sesi terapi gait umumnya dilakukan secara manual oleh fisioterapis yang secara langsung menggerakkan tubuh pasien, menyebabkan inkonsistensi dalam pemberian terapi karena gerakan dan beban tubuh tidak selalu terukur dengan presisi yang sama dari satu terapis ke terapis lain. Akibatnya, kualitas terapi bervariasi dan sering kali tidak optimal, sementara terapis juga mengalami kelelahan fisik yang dapat memengaruhi efektivitas treatment jangka panjang. Tugas akhir ini mengembangkan solusi teknologi rehabilitasi melalui perancangan dan implementasi dua subsistem kritis pada alat training gait robotik untuk anak penderita cerebral palsy usia 6-12 tahun: subsistem interface dan subsistem pengisian daya. Subsistem interface dirancang sebagai penghubung komunikasi antara terapis dan alat robotik melalui aplikasi mobile "GETO" yang dikembangkan menggunakan framework React Native dengan Expo sebagai platform development. Aplikasi ini mengintegrasikan komunikasi Bluetooth Low Energy untuk memungkinkan kontrol parameter terapi yang presisi dan konsisten, termasuk pengaturan kecepatan motor ( skala 1-100) dan jarak langkah ( skala 1-100) secara real-time dengan waktu respons sistem -5:.0.7 detik. Subsistem pengisian daya menggunakan protokol pengisian Constant Current/Constant Voltage (CC/CV) untuk memastikan kontinuitas operasi selama keseluruhan sesi terapi berlangsung. Implementasi subsistem interface menggunakan arsitektur berlapis dengan komponen validasi input antropometri yang disesuaikan dengan karakteristik anak Indonesia usia 6-12 tahun (panjang kaki 59-78 cm, berat maksimal 48 kg), sistem manajemen data pasien menggunakan AsyncStorage React Native untuk persistensi data lokal, dan fitur keamanan berupa modal peringatan limit switch yang muncul otomatis ketika sensor batas aman tertekan. Aplikasi dilengkapi dengan struktur navigasi dua tab utama (Home dan Kontrol), modal screens untuk panduan penggunaan, dan sistem validasi comprehensive untuk memastikan keselamatan operasional. Hasil pengujian melalui survei usability dengan 20 partisipan berusia 21-50 tahun menunjukkan skor kepuasan keseluruhan 9.4/10, pengujian komunikasi Bluetooth menunjukkan konektivitas stabil dalam radius operasional hingga 3 meter dengan performa optimal, latensi transmisi perintah konsisten di bawah threshold yang ditetapkan, dan kemampuan auto-reconnection dengan batas retry 3 kali untuk meningkatkan reliability sistem. mengonfirmasi efektivitas dan kemudahan penggunaan antarmuka yang dikembangkan, serta pengujian seluruh fungsi manajemen data yang bisa menerima, mengelola, dan menyimpan data dengan baik. Subsistem pengisian daya berhasil isak?fireviddapat melakukan proses pengecasan sehingga alat dapat menyediakan waktu operasi 2::35 menit sesuai isak?fisepsyang ditetapkan untuk mendukung satu sesi terapi lengkap. Sistem pengisian daya menggunakan battery charger ekstemal yang menerapkan protokol CC/CV dengan monitoring real-time melalui indikator LED. Kedua subsistem yang dikembangkan berhasil mengatasi masalah fundamental ketidakkonsistenan terapi manual dan keterbatasan operasional yang menjadi hambatan utama dalam terapi rehabilitasi anak penderita cerebral palsy. Solusi ini memberikan kontribusi ank?fingisterhadap standardisasi parameter terapi dan peningkatan kualitas terapi fisioterapi di Indonesia dengan arsitektur sistem yang modular dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung aksesibilitas teknologi rehabilitasi modem yang lebih luas.