Kelebihan produksi merupakan masalah yang sering terjadi dalam sistem
manufaktur make to stock (MTS), khususnya di perusahaan skala kecil seperti PT
CPC, produsen pakaian profesi anak-anak di Indonesia. Ketergantungan
perusahaan pada metode peramalan manual mengakibatkan tingkat kesalahan
prediksi yang tinggi 51% pada tahun 2023 dan 67% pada tahun 2024 yang
berdampak pada kelebihan persdiaan, inefisiensi penyimpanan, dan peningkatan
biaya penahanan barang. Meskipun tingkat perputaran persediaan cukup tinggi
(9,4 kali di 2023 dan 9,2 kali di 2024), ketidaksesuaian antara proyeksi dan
permintaan aktual tetap signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi
overproduction dengan meningkatkan akurasi peramalan dan perencanaan
produksi melalui metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).
Pada fase Define, analisis SIPOC dan CTQ mengidentifikasi kesenjangan kinerja
utama. Pada fase Measure, MAPE dan perputaran inventaris dihitung, dan
wawancara mengungkapkan bahwa peramalan didasarkan pada penjualan masa
lalu dan tidak memiliki SOP atau pelacakan akurasi. Fase Analyze menggunakan
Value Stream Mapping (CVSM) dan Current Reality Tree (CRT) untuk
mengidentifikasi akar permasalahan seperti perencanaan yang bersifat push dan
koordinasi yang buruk. Pada fase Improve, solusi yang diberikan meliputi Future
VSM, Just in Time (JIT), FMEA, dan penerapan metode peramalan Simple Moving
Average (SMA). Simulasi SMA menunjukkan penurunan MAPE yang signifikan
dari 51% menjadi 24% pada tahun 2023, dan dari 67% menjadi 31% pada tahun
2024. Terakhir, fase Control mengimplementasikan SOP yang telah diperbarui,
dashboard KPI, dan Statistical Process Control (SPC).
Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan terstruktur berbasis data
menggunakan DMAIC dan alat lean dapat meningkatkan akurasi peramalan,
mengurangi pemborosan, dan menyelaraskan produksi dengan permintaan aktual
secara lebih efektif.
Perpustakaan Digital ITB