Perubahan luas tutupan dasar laut merupakan salah satu masalah yang mengancam ekosistem kelautan, khususnya terumbu karang. Untuk memantau sebaran terumbu karang diperlukan survei batimetri di lapangan. Kedalaman laut dapat ditentukan dengan mengkonversi citra SPOT untuk seluruh daerah survei, terutama daerah yang dangkal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan pengaruh jenis tutupan dasar laut terhadap ketelitian hasil konversi citra SPOT. Metodologi penelitian dimulai dari menentukan kedalaman penetrasi maksimum citra SPOT, dilanjutkan analisa frekuensi nilai digital pada daerah dengan kedalaman sama. Berikutnya dilakukan konversi nilai digital ke kedalaman dengan memakai kostanta 0.26 dari penelitian sebelumnya (Pratomo et al., 2006). Kedalaman titik survei dihitung selisihnya terhadap hasil konversi citra dan digolongkan dalam tiga kelas, yaitu under estimate jika selisihnya 0.61m, dan fit estimate jika selisihnya antara 0.61 dan -0.61m. Nilai 0.61m diambil dari kesalahan absolut perum survei penelitian sebelumnya (Pratomo et al., 2006). Berikutnya dilakukan klasifikasi citra untuk mendapatkan jenis tutupan dasar laut. Citra hasil klasifikasi ditampalkan dengan titik survei dari ketiga kelas di atas. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa pertama, kedalaman penetrasi maksimum citra SPOT di daerah survei adalah 4.5m. Kedua, titik dengan kelas yang sama terletak pada jenis tutupan dasar perairan yang sama. Ketiga, konstanta optimal 0.26 tidak dapat digunakan untuk menentukan kedalaman laut pada seluruh daerah survei.
Perpustakaan Digital ITB