Dalam mewujudkan visi dan misinya serta mendukung pemenuhan kelistrikan
nasional, PT PLN (Persero) perlu didukung oleh manajemen rantai pasok. Dalam
pengelolaan vendor, evaluasi kinerja vendor di PT PLN (Persero) belum dilakukan
secara optimal. Berdasarkan data historis tahun 2023–2024 yang bersumber dari
sistem e-Procurement PLN, Laporan Evaluasi Kinerja Vendor, serta wawancara
dengan Bidang Manajemen Vendor Divisi Manajemen Rantai Pasok PT PLN
(Persero), persentase evaluasi kinerja vendor masih sangat rendah dibandingkan
dengan total jumlah vendor. PT PLN (Persero) memiliki 12.383 vendor, namun
evaluasi kinerja baru dilakukan terhadap 2,15% dari total keseluruhan vendor.
Penyebab tidak optimalnya pelaksanaan evaluasi kinerja vendor adalah karena pada
kondisi saat ini sistem evaluasi kinerja vendor masih bersifat terdesentralisasi,
dengan kriteria dan indikator evaluasi yang belum distandarkan antar jenis
pekerjaan. Selain itu, berdasarkan hasil evaluasi kinerja tersebut, strategi
pembinaan vendor juga belum dirumuskan.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sistem penilaian kinerja vendor serta
perancangan strategi pembinaan vendor berdasarkan nilai kinerja vendor di PT
PLN (Persero).
Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan memetakan model eksisting,
mengidentifikasi kelemahan serta akar permasalahannya. Permasalahan yang
ditemukan akan diperbaiki melalui pengembangan berdasarkan model acuan.
Pengembangan sistem penilaian kinerja vendor dilakukan dengan menetapkan
kriteria dan sub-kriteria. Terdapat 7 kriteria dan 15 sub kriteria pada pengembangan
sistem penilaian kinerja vendor dimana seluruh kriteria dan sub kriteria tersebut
sudah dilakukan validasi model yang konsensus.
Pada sistem penilaian kinerja, bobot terbesar ada pada kriteria Kualitas sebesar
23%, disusul dengan kriteria Delivery dengan bobot sebesar 21%, K3L 13%, Sanksi
dan Layanan Purna Jual 12%, Inovasi 10%, dan Informasi 9%.
ii
Pendekatan yang dilakukan untuk pengembangan strategi pembinaan vendor adalah
dengan kategorisasi yang dilakukan dengan menggunakan matriks model
Govindan, K., dkk (2023), yang kemudian dari matriks 4 kuadran dikembangkan
menjadi matriks 3 dimensi dengan 8 oktan dimana sumbu x adalah nilai spend untuk
penyedia tersebut, sumbu y adalah nilai kinerja penyedia, dan sumbu z adalah rating
keuangan. 5. Berdasarkan hasil validasi model strategi pembinaan vendor,
terdapat 8 oktan atau kategori area dimana masing-masing oktan ditentukan strategi
pembinaan vendor meliputi long-term collaboration, compensation, supplier
switching, supplier development, dan economic improvement. Pada 8 oktan atau
kategori area juga dilakukan prioritasisasi terhadap pembinaan vendor dengan
melihat nilai kinerja yang rendah sebagai prioritas utama pembinaan, kemudian
berdasarkan nilai spend yang tinggi dan terakhir rating keuangan yang masih
rendah.
Selanjutnya, berdasarkan sistem penilaian kinerja vendor yang dikembangkan,
dilakukan penilaian kinerja meliputi 7 vendor pada pengadaan cubicle, 20 vendor
pada pengadaan cable power, 20 vendor pada pengadaan tiang, 7 vendor pada
pengadaan kwh meter, 4 vendor pada pengadaan SUTET, 48 vendor pada
pengadaan trasmisi, dan 64 vendor pada pengadaan gardu induk. Berdasarkan hasil
penilaian, dapat dilihat pada kriteria-kriteria mana yang menjadi kelemahan dalam
performa vendor, sehingga dapat menjadi fokus pembinaan untuk memperbaiki
kinerja vendor. Sebanyak 32% dari total vendor yang masih terdapat peluang
perbaikan kinerja. Adanya penilaian dengan menggunakan TODIM dapat
mengubah kategorisasi dan strategi pembinaan vendor jika dibandingkan dengan
histori nilai kinerja vendor.
Perpustakaan Digital ITB