digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mey Shelly Rikin
PUBLIC Open In Flipbook Ridha Pratama Rusli

Eceng gondok (Eichhornia crassipes), tanaman air yang terkenal karena dampaknya yang mengganggu terhadap ekosistem air, mengandung sejumlah besar selulosa (17,7%-27,8%), hemiselulosa (20,0%-34,4%), lignin (11,4%-13,0%), protein (8,4%-20,2%), dan abu (13,4%-29,2%). Fraksinasi komponen lignoselulosa dengan teknologi yang efektif dan efisien menjadi lignin, hemiselulosa, dan selulosa sangat penting untuk memberi nilai tambah. Hidrolisis selulosa memainkan peran penting untuk mengubah selulosa menjadi glukosa. Metode hidrolisis yang banyak dikembangkan saat ini seperti hidrolisis asam dan enzim menghadapi banyak tantangan teknis. Proyek ini mengeksplorasi pendekatan inovatif hidrolisis biomimetik, yang terinspirasi oleh sistem enzimatik namun menggunakan katalis kimia. Piperazinium dihidrogen sulfat digunakan sebagai katalis biomimetik pada berbagai konsentrasi. Penambahan Mangan (Mn) juga ditinjau untuk melihat pengaruhnya terhadap hidrolisis selulosa. Percobaan pada proyek ini dilakukan pada tiga suhu (50°C, 76,5°C, dan 85°C) dengan konsentrasi glukosa yang diukur pada jam ke-1, ke-3, dan ke-5. Hasilnya menunjukkan laju hidrolisis selulosa sebesar 0,40% per kenaikan 1°C tanpa adanya Mn, yang meningkat menjadi 0,53% dengan Mn pada suhu 50°C. Selain itu, suhu yang lebih tinggi secara konsisten menghasilkan efisiensi hidrolisis dan produksi glukosa yang lebih besar. Menggandakan konsentrasi katalis menghasilkan peningkatan 1,3 dan 1,75 kali lipat dalam perolehan glukosa pada suhu 50°C dan 85°C. Temuan ini menyoroti potensi hidrolisis biomimetik sebagai strategi yang efektif untuk konversi selulosa eceng gondok menjadi glukosa.