Sampah makanan merupakan proporsi sampah terbesar di Bandung, menyumbang 44,52%
dari total sampah yang dihasilkan. Permasalahan ini timbul karena Kota Bandung belum
dapat memenuhi target capaian kinerja pengurangan sampah dan munculnya kejadian
kebakaran pada tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti sehingga jumlah sampah yang
diterima TPA dibatasi. Berdasarkan data empiris dan literatur, hotel ditemukan sebagai
salah satu kontributor sampah sisa makanan paling banyak pada sektor domestik Kota
Bandung. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat untuk
dapat mengurangi sampah sisa makanan yang dihasilkan. Perubahan perilaku ini
membutuhkan pemicu yang diakomodasi melalui stimulus berupa pesan persuasif. Namun,
tamu hotel sering kali tidak datang secara individual, tetapi bersama kelompok sosialnya
seperti keluarga sehingga perlu dilakukan peninjauan hubungan antara kelompok sosial
seseorang dengan perilaku mengurangi sampah makanan mereka. Maka itu, penelitian ini
mengeksplorasi peran pesan persuasif dalam mempengaruhi perilaku membuang sampah
makanan dan mengidentifikasi faktor pendorong perilaku pengurangan sampah makanan di
kalangan tamu hotel di Bandung, dengan fokus pada pengaturan prasmanan hotel. Dengan
mengintegrasikan Teori Identitas Sosial (SIT) ke dalam Teori Perilaku Terencana (TPB),
penelitian ini menguji dampak pengaruh sosial terhadap niat perilaku.
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama menentukan rancangan pesan
persuasif yang akan digunakan melalui uji cek manipulasi yang membandingkan fitur
persuasif dengan fitur terpilih dan fitur negasinya. Tahap kedua adalah analisis model
penelitian untuk kelompok responden yang diberikan dan yang tidak diberikan stimulus.
Penelitian melibatkan 7 konstruk utama dan 4 sub konstruk dengan total responden
sebanyak 154 tamu hotel di Bandung. Pengembangan model dilakukan dengan PLS-MGA
dengan perangkat lunak SmartPLS. Tahap ketiga melakukan analisis perbandingan model
dengan untuk meninjau dampak penggunaan pesan persuasif terhadap faktor pendorong
perilaku pengurangan sampah sisa makanan.
Hasil dari PLS-MGA bahwa terdapat perbedaan signifikan dari kedua kelompok responden
pada tiga hubungan yang ditinjau, yakni perilaku yang dirasakan (PBC) terhadap sikap (AT)
dan niat mengurangi sampah sisa makanan (IRFW), serta perilaku masa lalu (PB) terhadap
niat mengurangi sampah sisa makanan (IRFW). Selain itu, hasil PLS-SEM juga
menunjukkan bahwa perilaku masa lalu (PB) adalah prediktor utama niat ketika tidak ada
stimulus yang diberikan, sementara kontrol perilaku yang dirasakan (PBC) muncul sebagai
prediktor yang paling signifikan ketika individu terpapar rangsangan. Hal ini juga
dikonfirmasi oleh uji korelasi yang dilakukan bahwa stimulus dapat menimbulkan kontrol
perilaku yang dirasakan (PBC) pada responden. Temuan ini menyoroti peran penting dari
iii
kontrol perilaku yang dirasakan dalam membentuk niat individu untuk mengurangi sampah
makanan sehingga menawarkan implikasi praktis untuk merancang intervensi yang
ditargetkan untuk mempromosikan praktik berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB