Penggunaan antibiotik jangka panjang memicu terjadinya resistensi bakteri.
Nanopartikel ZnO telah dikembangkan sebagai agen antimikroba yang dapat
membunuh bakteri Gram positif dan Gram negatif karena memiliki rasio luas
permukaan terhadap volume yang tinggi serta sifat fisik dan kimia yang unik.
Proses manufaktur ZnO dirancang dengan memperhatikan toksisitas serta efisiensi
energi untuk meminimalkan resiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Sintesis hijau merupakan modifikasi proses yang mengganti penggunaan bahan
kimia berbahaya dengan bahan alami seperti ekstrak tumbuhan. Interaksi antara
senyawa fitokimia dalam ekstrak tumbuhan dengan ion seng merupakan tahapan
krusial dalam pembentukan ZnO nanopartikel sehingga pemilihan jenis ekstrak
menjadi parameter penting penentu keberhasilan sintesis. Analisis total fenolic
content (TPC) dan aktivitas antioksidan dari ekstrak batang brotowali (Tinospora
crispa), rimpang temu kunci (Boesenbergia rotunda), daun binahong (Anredera
cordifolia) dan daun kenikir (Cosmos caudatus) dilakukan dengan untuk
menentukan tumbuhan yang akan digunakan sebagai agen sintesis hijau.
Pengaruh dari temperatur dan jenis pelarut dipelajari pada proses ekstraksi dengan
metode refluks. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa variasi jenis pelarut dan
temperatur ekstraksi berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan TPC dan
aktivitas antioksidan pada seluruh ekstrak tumbuhan. Sedangkan interaksi antara
kedua variabel berpengaruh signifikan hanya terhadap aktivitas antioksidan.
Berdasarkan hasil analisis, sintesis hijau dilakukan menggunakan ekstrak brotowali
dan ekstrak daun kenikir.
Sintesis hijau dilakukan dengan menggunakan prekursor seng asetat dihidrat
menggunakan metode reflux pada 60°C selama 90 menit. Peningkatan pH ekstrak
dan penggunaan pelarut etanol cenderung menghasilkan yield lebih besar, partikel
berukuran lebih kecil serta aglomerat yang strukturnya terbuka dan terdispersi
dengan lebih baik. Nanopartikel yang dihasilkan dari ekstrak kenikir pada pH 9
menggunakan pelarut etanol (KE9) menghasilkan rata-rata ukuran partikel 11,56
nm dan yield 9,3%. Pengujian terhadap biofilm E.Coli pada konsentrasi 600 ppm
mampu menghambat biofilm sebesar 21,39% (KA5) – 43,75% (KE9). Analisis statistik membuktikan bahwa variabel pH, pelarut dan konsentrasi berpengaruh
secara signifikan terhadap persentase inhibisi biofilm. Interaksi yang berpengaruh
secara signifikan hanya interaksi antara pelarut dan konsentrasi.
Perpustakaan Digital ITB