digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penggunaan antibiotik jangka panjang memicu terjadinya resistensi bakteri. Nanopartikel ZnO telah dikembangkan sebagai agen antimikroba yang dapat membunuh bakteri Gram positif dan Gram negatif karena memiliki rasio luas permukaan terhadap volume yang tinggi serta sifat fisik dan kimia yang unik. Proses manufaktur ZnO dirancang dengan memperhatikan toksisitas serta efisiensi energi untuk meminimalkan resiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sintesis hijau merupakan modifikasi proses yang mengganti penggunaan bahan kimia berbahaya dengan bahan alami seperti ekstrak tumbuhan. Interaksi antara senyawa fitokimia dalam ekstrak tumbuhan dengan ion seng merupakan tahapan krusial dalam pembentukan ZnO nanopartikel sehingga pemilihan jenis ekstrak menjadi parameter penting penentu keberhasilan sintesis. Analisis total fenolic content (TPC) dan aktivitas antioksidan dari ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa), rimpang temu kunci (Boesenbergia rotunda), daun binahong (Anredera cordifolia) dan daun kenikir (Cosmos caudatus) dilakukan dengan untuk menentukan tumbuhan yang akan digunakan sebagai agen sintesis hijau. Pengaruh dari temperatur dan jenis pelarut dipelajari pada proses ekstraksi dengan metode refluks. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa variasi jenis pelarut dan temperatur ekstraksi berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan TPC dan aktivitas antioksidan pada seluruh ekstrak tumbuhan. Sedangkan interaksi antara kedua variabel berpengaruh signifikan hanya terhadap aktivitas antioksidan. Berdasarkan hasil analisis, sintesis hijau dilakukan menggunakan ekstrak brotowali dan ekstrak daun kenikir. Sintesis hijau dilakukan dengan menggunakan prekursor seng asetat dihidrat menggunakan metode reflux pada 60°C selama 90 menit. Peningkatan pH ekstrak dan penggunaan pelarut etanol cenderung menghasilkan yield lebih besar, partikel berukuran lebih kecil serta aglomerat yang strukturnya terbuka dan terdispersi dengan lebih baik. Nanopartikel yang dihasilkan dari ekstrak kenikir pada pH 9 menggunakan pelarut etanol (KE9) menghasilkan rata-rata ukuran partikel 11,56 nm dan yield 9,3%. Pengujian terhadap biofilm E.Coli pada konsentrasi 600 ppm mampu menghambat biofilm sebesar 21,39% (KA5) – 43,75% (KE9). Analisis statistik membuktikan bahwa variabel pH, pelarut dan konsentrasi berpengaruh secara signifikan terhadap persentase inhibisi biofilm. Interaksi yang berpengaruh secara signifikan hanya interaksi antara pelarut dan konsentrasi.