Cover_Nur Qistina Sulaiman
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 1_Nur Qistina Sulaiman
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 2_Nur Qistina Sulaiman
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 3_Nur Qistina Sulaiman
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 4_Nur Qistina Sulaiman
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 5_Nur Qistina Sulaiman
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 6_Nur Qistina Sulaiman
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Pustaka_Nur Qistina Sulaiman
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bandungense, Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu
dan Teknologi Hayati, ITB. Hasil determinasi mengesahkan bahwa tanaman yang digunakan adalah
Coffea Arabica (L.) dan Coffea canephora (L.) dari keluarga Rubiaceae. Simplisia dikarakterisasi
untuk Coffea arabica (L.) dengan kadar air 5.67% v/w, kandungan abu total 3.34%, kadar abu larut
asam 0.65%, kadar sari larut air 24.63%, kadar sari larut etanol 16.85% dan susut pengeringan 7.88%.
Karakterisasi untuk Coffea canephora (L.) dengan kadar air 5.3% v/w, kandungan abu total 3.46%,
kadar abu larut asam 0.79%, kadar sari larut air 56.40%, kadar sari larut etanol 42.67% dan susut
pengeringan 6.37%. Hasil penelitian fitokimia biji kopi untuk kedua spesies menunjukkan adanya
flavonoid, alkaloid, fenol, tanin katechuic, dan steroid/triterpenoid. Pengeringan biji kopi dari Coffea
arabica (L.) dan Coffea canephora (L.) menggunakan dua metode yang berbeda yaitu menggunakan
oven dan di bawah sinar matahari. Suhu pengeringan diamati pada 40 , 60 , 80 dan 100 .
Simplisia dimaserasi dengan menggunakan metanol sebagai pelarut selama 24 jam dan menganalisis
jumlah asam klorogenat dengan menggunakan TLC Scanner 3. Sampel bersama-sama dengan
standard di titik ke piring TLC dengan menggunakan linomat 5 dan dikembangkan dengan
menggunakan etil asetat: asam format: air (8: 1: 1) sebagai fase gerak. Sampel dari kedua spesies
Coffea arabica (L.) dan Coffea canephora (L.) diukur kandungan asam klorogenat mereka dengan
menggunakan TLC Scanner 3 (CAMAG) di 329 nm. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa kadar
asam chlorogenic pada kedua spesies Coffea arabica (L.) dan Coffea canephora (L.) adalah tertinggi
saat pengeringan pada 40 dibandingkan saat pengeringan pada 60 , 80 , 100 dan di bawah
matahari. Hal ini disebabkan bahwa aktivitas peroksidase optimum pada 60 . Pada atas 60 ,
aktivitas peroksidase mungkin menurun karena degradasi enzim. Data menunjukkan bahwa untuk
kedua spesies jumlah tertinggi asam klorogenat adalah di dalam kacang belum matang, diikuti kacang
setengah matang dan matang. Coffea canephora (L.) menunjukkan jumlah asam klorogenat yang lebih
tinggi dibandingkan Coffea arabica (L.).
K
Perpustakaan Digital ITB