digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800



BAB1 Rudi Hartono
Terbatas  Latifa Noor
» Embargo

BAB2 Rudi Hartono
Terbatas  Latifa Noor
» Embargo

BAB3 Rudi Hartono
Terbatas  Latifa Noor
» Embargo

BAB4 Rudi Hartono
Terbatas  Latifa Noor
» Embargo

BAB5 Rudi Hartono
Terbatas  Latifa Noor
» Embargo

Membran poli(viniliden fluorida) yang bersifat hidrofobik dapat menjadi kendala pada proses filtrasi, terutama pada pemisahan komponen polar. Sifat membran ini dapat menjadi hidrofilik dengan menggunakan media koagulasi elektrolit. Penelitian ini menggunakan larutan KCl dan NaCl sebagai media koagulasi, pada konsentrasi 1%, 5%, dan 10%. Membran poli(viniliden fluorida) yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan berbagai parameter dan diuji kinerja berupa fluks dan rejeksi. Fraksi beta yang diperoleh pada media koagulasi air 0,44 ± 0,014. Fraksi beta meningkat pada penggunaan KCl dan NaCl, di mana fraksi beta pada variasi KCl 1% 0,60 ± 0,01 dan NaCl 1% 0,66 ± 0,006. Fraksi beta maksimum diperoleh pada konsentrasi elektrolit 5% dan 10%. Fraksi beta membran meningkat karena membran semakin hidrofilik. Sifat ini juga dibuktikan dengan hasil sudut kontak yang diperoleh. Sudut kontak membran pada media koagulasi air 87,07 ± 0,23o. Sudut kontak menurun pada variasi KCl dan NaCl, hingga diperoleh sudut kontak minimum pada konsentrasi 10%. Membran poli(viniliden fluorida) memiliki kekuatan mekanik yang besar, namun penggunaan elektrolit sebagai media koagulasi mengurangi kekuatan mekanik membran tersebut. Diameter pori terbesar membran pada media air 0,06 ± 0,003 µm. Diameter pori ini meningkat pada variasi KCl, sehingga diperoleh diameter pori terbesar maksimum pada konsentrasi 10% 4,37 ± 0,54 µm. Namun, hasil yang berbeda diperoleh pada variasi NaCl, dimana diameter pori terbesar membran menurun pada konsentrasi 10%. Hasil serupa diperoleh pada porositas, di mana porositas membran meningkat pada variasi KCl dan menurun pada variasi NaCl 10%. Perbedaan ini disebabkan oleh struktur pori membran pada masing-masing variasi. Morfologi membran memperlihatkan ukuran pori yang berbeda pada masing-masing variasi, dan ukuran pori pada variasi NaCl 10% sangat kecil. Ukuran pori ini mempengaruhi fluks dan rejeksi membran. Fluks air pada media koagulasi air 11 ± 1,3 L.jam-1.m-2. Fluks air meningkat pada variasi KCl. Fluks air pada variasi KCl 1% dan 5% berturut-turut 11,3 ± 0,52 L.jam- 1.m-2 dan 15 ± 1,4 L.jam-1.m-2, dan fluks air maksimum diperoleh pada variasi KCl 10% 27 ± 1,9 L.jam-1.m-2. Fluks air membran pada variasi NaCl memberikan hasil yang berbeda. Fluks air pada variasi NaCl 1% dan 5% berturut-turut 16,5 ± 1,8 L.jam-1.m-2 dan 17,4 ± 2,6 L.jam-1.m-2, fluks air menurun pada variasi NaCl 10% 13,1 ± 1,1 L.jam-1.m-2. Ukuran pori ini juga berdampak pada rejeksi dekstran, ukuran pori yang kecil memperbesar rejeksi membran terhadap dekstran. Koefisien rejeksi dekstran pada media koagulasi air 98,8 ± 0,04%. Koefisien rejeksi dektran menurun pada variasi KCl, hingga diperoleh koefisien rejeksi minimum pada variasi KCl 10% 93,88 ± 2,88%. Koefisien rejeksi dekstran pada variasi NaCl memberikan hasil berbeda, Koefisien rejeksi dekstran meningkat pada variasi NaCl 10% 95,92 ± 3,13%. Penelitian ini juga mengidentifikasi rejeksi membran terhadap zat warna, zat warna yang digunakan adalah metilen biru yang bermuatan positif dan reactive orange yang bermuatan negatif. Koefisien rejeksi membran terhadap metilen biru pada media koagulasi air 85,08 ± 0,51%. Koefisien rejeksi ini meningkat pada variasi KCl, sehingga diperoleh koefisien rejeksi maksimum pada variasi KCl 10% 98,27 ± 0,75%. Hasil serupa diperoleh pada variasi NaCl, koefisien rejeksi maksimum diperoleh pada variasi NaCl 10%. Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh hidrofilisitas, porositas, dan ukuran pori membran.