Pengamatan mikroseismik dapat memberikan gambaran mengenai persebaran dan geometri dari rekahan yang terbentuk saat melakukan hydraulic fracturing. Keakuratan dari lokasi hiposenter yang didapatkan merupakan hal paling mendasar dalam pengamatan mikroseismik. Konfigurasi survey yang tidak ideal, dalam hal ini single vertical-borehole array dapat memberikan ketidakpastian yang besar dalam penentuan lokasi hiposenter. Dilakukan optimasi penentuan lokasi hiposenter gempa dengan melakukan beberapa langkah pengolahan data untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pertama, dilakukan analisa sinyal menggunakan short time Fourier transform (STFT) untuk mengetahui karakter sinyal mikroseismik sehingga dapat digunakan dalam mendesain filter yang paling optimal. Kemudian, dilakukan perbaikan waktu tiba yang telah ditentukan sebelumnya menggunakan metode waveform cross correlation (WCC). Lokasi hiposenter ditentukan dengan menggunakan metode equal distance time (EDT) dan pencarian sistematik. EDT memberikan hasil hiposenter awal dan waktu terjadinya event mikroseismik. Hasil tersebut digunakan dalam pencarian sistematik, dengan ruang pencariannya dibatasi pada arah back azimuth dari event mikroseismik itu sendiri. Informasi back azimuth ini didapatkan melalui analisa gerakan partikel atau hodogram. Hodogram memberikan hasil yang ambigu 1800, untuk mengatasi masalah ini digunakan informasi apriori lokasi sumur perforasi dan arah dari tegasan horizontal di lapangan coal bed methane ini. Kontrol kualitas solusi hiposenter yang dipakai dalam penelitian ini tidak hanya menggunakan error RMS tetapi juga memanfaatkan posisi gempa doblet atau multiplet yang didapatkan melalui algoritma waveform clustering. Dengan melakukan prosedur ini, lokasi hiposenter dapat ditentukan dengan baik dan dapat memberikan dimensi lain dalam melakukan kontrol kualitas solusi hiposenter.
Perpustakaan Digital ITB