Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui percepatan adopsi energi terbarukan dalam bauran energinya. Negara ini memiliki potensi energi angin darat yang sangat besar dan telah menetapkan target kapasitas terpasang pembanglit listrik tenaga angin sebesar 73,5 GW pada tahun 2060. Meskipun demikian, ketiadaan kerangka kebijakan yang jelas, konsisten, dan terarah menjadi hambatan utama dalam pengembangan sektor ini. Kesenjangan dalam perancangan kebijakan membatasi kemampuan PT PLN (Persero) dalam memobilisasi investasi, mengurangi risiko, serta membangun infrastruktur pembangkit listrik tenaga angin dalam skala dan kecepatan yang dibutuhkan untuk mencapai target transisi energi nasional. Menanggapi tantangan tersebut, studi ini menggunakan pendekatan System Dynamics untuk menganalisis dampak intervensi kebijakan terhadap pengembangan energi angin darat di Indonesia dan mengidentifikasi strategi yang paling efektif untuk mempercepat adopsi tenaga angin di Indonesia. Studi ini mensimulasikan delapan skenario kebijakan, yang terdiri dari empat skenario intervensi kebijakan tunggal dan empat skenario intervensi multi-kebijakan. Selanjutnya, studi ini mengevaluasi dampak intervensi pada setiap skenario kebijakan terhadap kapasitas terpasang, kemajuan teknologi, biaya investasi per kapasitas, pengembalian investasi, dan emisi karbon.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa skema Feed-in Tariff (FiT) maupun subsidi Penelitian dan Pengembangan (R&D) memiliki peran penting dalam mempercepat pengembangan pembangkit listrik tenaga angin darat. FiT meningkatkan kelayakan proyek dengan memberikan kepastian pendapatan, sementara subsidi R&D berkontribusi dalam mendorong inovasi teknologi dan penurunan biaya pengembangan. Intervensi kebijakan tunggal hanya menghasilkan peningkatan moderat dibandingkan kondisi awal, namun belum memadai untuk mencapai target kapasitas nasional. Sebaliknya, skenario kebijakan terintegrasi yang menggabungkan peningkatan FiT, dukungan inovasi, percepatan pencairan investasi, dan peningkatan tingkat pembelajaran mampu meningkatkan kapasitas terpasang secara signifikan dan mempertahankan keberlanjutan jangka panjang. Skenario yang diselaraskan dengan target nasional Indonesia (S8), menunjukkan hasil yang layak dalam mencapai kapasitas tenaga angin terpasang sebesar 73,5 GW pada tahun 2060. Dengan mengintegrasikan peningkatan FiT secara moderat, peningkatan intensitas R&D, percepatan penyaluran investasi, serta peningkatan mekanisme pembelajaran, skenario ini menghasilkan siklus umpan balik sistemik yang secara signifikan menurunkan biaya pengembangan, meningkatkan kapasitas terpasang, dan memastikan kelayakan finansial jangka panjang dari proyek energi angin. Temuan ini menegaskan pentingnya kerangka kebijakan yang terintegrasi dan terkoordinasi dalam mendorong transformasi skala besar sektor energi angin di Indonesia. Selain itu, studi ini juga menggarisbawahi adanya korelasi positif antara pertumbuhan kapasitas terpasang dengan penurunan emisi CO? di Indonesia.
Berdasarkan temuan tersebut, studi ini mengusulkan rencana aksi yang terstruktur dengan memposisikan PT PLN (Persero) sebagai fasilitator utama dalam transisi energi angin di Indonesia. PLN didorong untuk mengambil peran proaktif dalam mengadvokasi kerangka regulasi khusus energi angin serta meningkatkan Tingkat FiT dengan penyesuaian berbasis wilayah guna meningkatkan kelayakan investasi proyek di daerah berpotensi tinggi. Selain itu, PLN juga diharapkan dapat mengembangkan mekanisme kelembagaan untuk mendukung investasi publik dalam bidang penelitian dan pengembangan melalui kemitraan kolaboratif dengan lembaga riset domestik maupun internasional. Secara paralel, PLN juga perlu menyederhanakan proses penyaluran investasi internal dan mengembangkan program kesiapan infrastruktur terpusat untuk mengatasi tantangan spasial, logistik, dan perizinan. Seluruh langkah strategis ini dirumuskan dalam suatu peta jalan (2025–2030) yang mencakup penyelarasan kebijakan, penerapan skema contoh FiT, kemitraan R&D, kesiapan infrastruktur, dan mobilisasi investasi untuk mempercepat pelaksanaan proyek dan memperkuat kapasitas kelembagaan.
Studi ini menekankan pentingnya strategi kebijakan yang terintegrasi, adaptif, dan berlandaskan konteks untuk mempercepat pencapaian target kapasitas energi angin nasional serta tujuan transisi menuju sistem energi rendah karbon di Indonesia. Temuan dalam studi ini memberikan wawasan bagi para pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan, strategi, dan langkah-langkah yang terkoordinasi guna mendukung keberhasilan transisi energi rendah karbon. Selain itu, studi ini merekomendasikan perlunya penelitian lanjutan terkait dimensi sosialspasial dan perilaku dalam pengembangan energi angin, seperti dinamika penggunaan lahan dan penerimaan masyarakat. Penelitian tersebut akan memperkaya pemahaman mengenai kondisi pendukung yang diperlukan untuk mewujudkan pengembangan energi angin yang inklusif dan peka terhadap konteks lokal.
Perpustakaan Digital ITB