Salah satu sumber daya hayati yang berasal dari perairan Indonesia adalah rumput laut. Rumput laut banyak mengandung senyawa kimia sebagai metabolit primer yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan metabolit sekunder yang memiliki aktivitas sebagai antimikroba, antikanker, antioksidan, antiperadangan, antivirus, dan sebagainya. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi rumput laut, maka pengolahan rumput laut sebagai antimikroba merupakan salah satu alternatif yang perlu dikembangkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak rumput laut Gracilaria verrucosa dan Ulva fasciata yang berasal dari Pantai Sayang Heulang Kecamatan Pamengpeuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Ekstrak kasar rumput laut diuji aktivitasnya terhadap empat bakteri yaitu: Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi cakram. Untuk mendapatkan ekstrak kasar rumput laut, dilakukan ekstraksi dengan metode Folch yang telah dimodifikasi (metanol : kloroform : buffer fosfat,
2:1:0,8 (v/v)). Ekstrak fasa metanol yang dihasilkan masing-masing pada G. verrucosa dan U. fasciata adalah 10,21% dan 35,61%, sedangkan fasa kloroform
2,49% dan 0,79% (dry weight, w/w). Ekstrak kasar yang memiliki aktivitas antimikroba adalah fasa metanol dan kloroform pada G. verrucosa serta fasa kloroform pada U. fasciata.
Aktivitas antimikroba E. coli, P. aeruginosa, S. aureus, dan B. cereus ditunjukkan berdasarkan pengukuran diameter zona bening rata-rata. Ekstrak kasar fasa kloroform G. verrucosa memiliki aktivitas terbesar pada B. cereus (4,3 ± 1,52 mm), sedangkan U. fasciata memiliki aktivitas terbesar pada E. coli dan P. aeruginosa (5,33 ± 0,57 mm). Selanjutnya dilakukan analisis statistik menggunakan uji T. Hasil uji T menunjukkan bahwa ekstrak kasar fasa kloroform G. verrucosa dan U. fasciata memiliki aktivitas yang tidak berbeda nyata pada bakteri S. aureus, B. cereus, dan P. aeruginosa, sedangkan pada E. coli, kedua ekstrak kasar fasa kloroform menunjukkan aktivitas yang berbeda.
Pemurnian ekstrak kasar rumput laut fasa kloroform menggunakan kromatografi kolom yang diisi silika gel G60 7733 dan fasa gerak heksana dan aseton (gradien elusi bertahap heksana : aseton yaitu 7:3, 1:1, 3:7, 1:9 (v/v)). Fraksi hasil
kromatografi kolom dianalisis dengan spektrometri UV-Vis. Ektrak G. verrucosa menghasilkan sebelas fraksi kolom dengan enam diantaranya aktif sebagai antimikroba, sedangkan ekstrak U. fasciata menghasilkan tujuh fraksi kolom dengan dua diantaranya aktif sebagai antimikroba. Fraksi 2 (FG-2)dan fraksi 4 (FG-4) ekstrak G. verrucosa menghasilkan aktivitas paling baik diantara 6 fraksi aktif lainnya. FG-2 menghasilkan aktivitas paling baik terhadap E. coli, sedangkan FG-4 menghasilkan aktivitas paling baik terhadap P. aeruginosa dengan diameter zona bening rata-rata yang dihasilkan sebesar 3.5 ± 0.70 mm. Pada ekstrak U. fasciata, fraksi 2 (FU-2) menghasilkan aktivitas paling baik diantara fraksi aktif lainnya. FU-2 menghasilkan aktivitas paling baik terhadap E. coli dengan diameter zona bening rata-rata yang dihasilkan sebesar 4 ± 0.70 mm.
Fraksi kolom yang aktif pada masing-masing ekstrak rumput laut diidentifikasi senyawanya dengan melihat puncak absorbansi pada panjang gelombang 380-780 nm. FG-2 menghasilkan puncak pada panjang gelombang 410 nm, 505 nm, 535 nm, 609 nm, dan 668 nm yang merupakan puncak yang mirip dengan senyawa feofitin, sedangkan FG-4 menghasilkan puncak pada panjang gelombang 417 nm,
455 nm, 538 nm, 607 nm, dan 666 nm yang merupakan puncak yang mirip dengan campuran senyawa klorofil dan feofitin. FU-2 menghasilkan puncak pada panjang gelombang 412 nm, 435 nm, 536 nm, 606 nm, dan 662 nm yang merupakan puncak yang mirip dengan senyawa klorofil, sedangkan FU-5 menghasilkan puncak pada panjang gelombang 412 nm, 435 nm, 506 nm, 535 nm, 604 nm, dan 666 nm yang merupakan puncak yang mirip dengan campuran senyawa klorofil dan feofitin.
Perpustakaan Digital ITB