digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kebakaran lahan gambut merupakan ancaman serius di Indonesia, berdampak besar terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial. Sebagai ekosistem penyerap karbon dan pengatur hidrologi, kerusakan lahan gambut akibat kebakaran mempercepat emisi gas rumah kaca dan memperparah perubahan iklim. Indonesia, sebagai negara dengan ekosistem gambut terluas keempat di dunia, memiliki komitmen iklim global melalui Paris Agreement dan target Net Zero Emission pada 2060. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan risiko kebakaran lahan gambut, memperkirakan kerugian ekonomi, memetakan tingkat risiko secara spasial, dan menentukan besaran premi asuransi. Peluang kebakaran diprediksi menggunakan regresi logistik berdasarkan tinggi muka air, radius terdekat dengan aktivitas manusia, serta keberadaan ladang, hutan, semak belukar, dan perkebunan. Estimasi kerugian dilakukan dengan simulasi Monte Carlo, mencakup dampak terhadap sektor kehutanan, perkebunan, keanekaragaman hayati, dan emisi karbon. Pemetaan risiko dibuat dalam bentuk matriks 5 × 5 yang menggabungkan probabilitas kejadian dan tingkat kerugian. Premi dihitung per provinsi, sebelum dan sesudah restorasi, dengan skema deductible tetap dan proporsional. Distribusi kerugian dianalisis dengan pendekatan distribusi campuran berdasarkan AIC setelah klasterisasi. Model regresi menunjukkan akurasi 67,01%. Tinggi muka air, radius terdekat dengan aktivitas manusia, keberadaan hutan dan perkebunan berkorelasi negatif dengan kebakaran, sedangkan ladang dan semak belukar berkorelasi positif. Total estimasi kerugian ekonomi mencapai Rp159,8 triliun. Pemetaan risiko mengungkapkan 4,82% wilayah tergolong berisiko tinggi dan perlu prioritas penanganan. Premi tertinggi tercatat di Jambi, sedangkan terendah di Kalimantan Tengah. Restorasi terbukti efektif menurunkan risiko dan premi, sementara penggunaan deductible mampu menekan besaran premi sesuai teori asuransi.