Kebakaran lahan gambut merupakan ancaman serius di Indonesia, berdampak besar
terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial. Sebagai ekosistem penyerap karbon dan
pengatur hidrologi, kerusakan lahan gambut akibat kebakaran mempercepat emisi
gas rumah kaca dan memperparah perubahan iklim. Indonesia, sebagai negara
dengan ekosistem gambut terluas keempat di dunia, memiliki komitmen iklim
global melalui Paris Agreement dan target Net Zero Emission pada 2060.
Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan risiko kebakaran lahan gambut,
memperkirakan kerugian ekonomi, memetakan tingkat risiko secara spasial, dan
menentukan besaran premi asuransi. Peluang kebakaran diprediksi menggunakan
regresi logistik berdasarkan tinggi muka air, radius terdekat dengan aktivitas
manusia, serta keberadaan ladang, hutan, semak belukar, dan perkebunan. Estimasi
kerugian dilakukan dengan simulasi Monte Carlo, mencakup dampak terhadap
sektor kehutanan, perkebunan, keanekaragaman hayati, dan emisi karbon.
Pemetaan risiko dibuat dalam bentuk matriks 5 × 5 yang menggabungkan
probabilitas kejadian dan tingkat kerugian. Premi dihitung per provinsi, sebelum
dan sesudah restorasi, dengan skema deductible tetap dan proporsional. Distribusi
kerugian dianalisis dengan pendekatan distribusi campuran berdasarkan AIC
setelah klasterisasi.
Model regresi menunjukkan akurasi 67,01%. Tinggi muka air, radius terdekat
dengan aktivitas manusia, keberadaan hutan dan perkebunan berkorelasi negatif
dengan kebakaran, sedangkan ladang dan semak belukar berkorelasi positif. Total
estimasi kerugian ekonomi mencapai Rp159,8 triliun. Pemetaan risiko
mengungkapkan 4,82% wilayah tergolong berisiko tinggi dan perlu prioritas
penanganan. Premi tertinggi tercatat di Jambi, sedangkan terendah di Kalimantan
Tengah. Restorasi terbukti efektif menurunkan risiko dan premi, sementara
penggunaan deductible mampu menekan besaran premi sesuai teori asuransi.
Perpustakaan Digital ITB