Pengembangan fasilitas asrama mahasiswa di ITB Kampus Cirebon merupakan dampak dari strategi multikampus yang ditempuh Institut Teknologi Bandung untuk mengatasi keterbatasan lahan di Kampus Ganesha. Dengan mayoritas mahasiswa berasal dari luar daerah, kebutuhan hunian yang mendukung aktivitas akademik menjadi sangat penting. Asrama tidak hanya berfungsi sebagai akomodasi, tetapi juga sebagai sarana pembinaan karakter, interaksi sosial, dan peningkatan kualitas hidup mahasiswa. Tantangan muncul karena pembangunan berpotensi menambah beban emisi karbon, mengingat sektor bangunan menyumbang ±39% emisi CO? global. Pendekatan green architecture yang mengutamakan efisiensi energi, penggunaan material ramah lingkungan, dan keselarasan dengan lingkungan alam menjadi relevan. Integrasi teknologi Building Information Modelling (BIM) pada tahap desain, yang dikenal sebagai green BIM, memungkinkan analisis performa bangunan sejak awal, seperti simulasi energi, analisis radiasi matahari, pengujian window-to-wall ratio (WWR), serta perhitungan material.
Tujuan proyek ini adalah merancang fasilitas hunian kampus berbasis prinsip arsitektur hijau dengan dukungan analisis BIM guna mencapai performa efisiensi energi yang optimal. Metode yang digunakan adalah performance-based design, memanfaatkan tools dari perangkat lunaak BIM untuk menguji parameter desain seperti orientasi bangunan, sistem sunshading, jenis material, pencahayaan alami. Studi preseden, analisis tapak makro dan mikro, serta simulasi energi dilakukan untuk memvalidasi rancangan.
Adapun hasil dari proyek perancangan ini adalah konsep asrama mid-rise dengan sistem koridor double-loaded yang tetap mempertahankan pencahayaan dan penghawaan alami di area koridor. Orientasi bangunan yang dipilih menempatkan sisi panjang bangunan pada arah yang meminimalkan paparan sinar matahari langsung dari jalur timur–barat, sehingga mengurangi beban panas yang tidak diinginkan. Strategi sunshading, khususnya penggunaan desain dinding miring (slanted wall), terbukti melalui analisis insolasi mampu mengurangi paparan matahari sebesar 24,9% dibandingkan orientasi awal. Selain itu, rancangan mengakomodasi penggunaan material lokal sebesar ±21% dari total volume material bangunan, mendukung keberlanjutan sekaligus perekonomian lokal.
Proporsi WWR optimal ditetapkan pada kisaran ±30%, yang memberikan keseimbangan antara pemanfaatan pencahayaan alami dan pengendalian beban pendinginan. Seluruh simulasi dan analisis kinerja dilakukan secara terintegrasi di dalam lingkungan model 3D BIM, sehingga setiap keputusan desain dapat dievaluasi secara langsung terhadap konsumsi energi. Pendekatan holistik berbasis data ini menunjukkan bahwa kombinasi prinsip arsitektur hijau dan teknologi BIM dapat menghasilkan fasilitas hunian mahasiswa yang tidak hanya fungsional dan nyaman, tetapi juga hemat energi dan ramah lingkungan.
Perpustakaan Digital ITB