Desa Ciroyom memiliki potensi ekonomi yang signifikan di sektor pertanian, perikanan, perdagangan, dan kerajinan lokal. Namun, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berkah Lestari belum mampu mengoptimalkan potensi ini. Saat ini, BUMDes hanya mengoperasikan kios alat tulis, yang menghasilkan pendapatan terbatas dan tidak berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan ekonomi desa secara keseluruhan. Model bisnis yang diterapkan masih bersifat transaksional, di mana masyarakat lebih banyak berperan sebagai konsumen daripada produsen aktif. Akibatnya, perputaran ekonomi desa tetap stagnan, dan sumber daya lokal belum dimanfaatkan secara optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan transformasi model bisnis BUMDes Berkah Lestari menjadi pengelola ekonomi lokal yang dapat mengoordinasikan dan mengoptimalkan sumber daya desa. Untuk menganalisis dan merancang model bisnis yang lebih efektif, studi ini menerapkan pendekatan Resource Orchestration Theory (ROT), Asset-Based Community Development (ABCD), Community-Based Enterprise (CBE), dan Sustainable Business Model (SBM). ROT digunakan untuk memahami bagaimana BUMDes dapat mengidentifikasi, mengelola, dan mengoptimalkan sumber daya lokal melalui tahapan Structuring (Strukturisasi), Bundling (Pengelompokan), dan Leveraging (Pemanfaatan). ABCD berperan dalam mengidentifikasi aset sosial dan alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. CBE menekankan peran aktif komunitas dalam menciptakan nilai ekonomi, sementara SBM diterapkan dengan menggunakan konsep Triple Bottom Line (TBL), yang menyeimbangkan aspek ekonomi (profit), sosial (people), dan lingkungan (planet) dalam membangun model bisnis yang berkelanjutan.
Strategi yang diusulkan mencakup strukturisasi sumber daya, pembentukan klaster produksi berbasis rumah tangga, perluasan akses pasar digital, penguatan kemitraan, dan penerapan prinsip ekonomi sirkular untuk mengoptimalkan sumber daya lokal. Peta jalan implementasi model bisnis ini mencakup pemetaan sumber daya, peningkatan kapasitas, integrasi rantai pasok, dan evaluasi berbasis KPI. Dengan menempatkan BUMDes sebagai penggerak pertumbuhan inklusif, model ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pembangunan desa yang berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB