digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap di Indonesia masih menunjukkan tingkat adopsi yang rendah di segmen residensial meskipun adanya dukungan kebijakan pemerintah dan meningkatnya perhatian publik terhadap isu keberlanjutan. Penelitian ini membahas permasalahan strategis utama yang dihadapi oleh TMLEnergy, sebuah perusahaan EPC lokal, yaitu penurunan penjualan dan keterbatasan penetrasi pasar di sektor rumah tangga. Kesenjangan antara dukungan kebijakan dan kenyataan di lapangan menunjukkan perlunya kajian terhadap faktor-faktor perilaku yang memengaruhi keputusan pelanggan dalam mengadopsi teknologi PLTS. Permasalahan ini tidak hanya penting dalam konteks strategi bisnis, tetapi juga berkontribusi terhadap pencapaian target energi terbarukan nasional yang tercantum dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa kelayakan teknis dan ekonomis tidak serta merta menjamin keberhasilan adopsi teknologi. Faktor-faktor persepsi dan psikologis pengguna memiliki peranan penting dalam membentuk keputusan pembelian. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan kerangka teori Technology Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis (1989). Model ini menjelaskan bahwa Perceived Usefulness (PU) dan Perceived Ease of Use (PEOU) memengaruhi Attitude Toward Use (ATU), yang selanjutnya memengaruhi Behavioral Intention (BI). Dalam konteks PLTS, model ini sangat relevan karena mencerminkan keraguan calon pengguna terhadap manfaat nyata dan kemudahan penggunaan teknologi energi surya. Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan kuesioner terstruktur yang disebarkan kepada responden residensial di berbagai wilayah Indonesia. Tidak digunakan metode statistik inferensial, melainkan penekanan pada analisis deskriptif terhadap pola-pola perilaku pengguna. Kuesioner mencakup pernyataan berskala Likert berdasarkan konstruk TAM, ditambah pertanyaan ya/tidak, pertanyaan peringkat, serta pertanyaan terbuka yang menggali persepsi dan harapan konsumen secara lebih dalam. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana masyarakat menilai teknologi PLTS dari aspek fungsionalitas, kemudahan instalasi, efisiensi biaya, dan kesesuaian dengan nilai dan ekspektasi pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun persepsi terhadap manfaat lingkungan dari PLTS cukup tinggi, masih terdapat kekhawatiran terhadap biaya awal, kompleksitas teknis, dan ketidaktahuan terhadap teknologi tersebut. Perceived Usefulness banyak dikaitkan dengan penghematan jangka panjang dan pengurangan ketergantungan pada listrik PLN, sedangkan Perceived Ease of Use berkaitan dengan persepsi terhadap perawatan dan instalasi sistem. Variabel sikap menunjukkan bahwa meskipun responden mendukung ide energi surya, niat untuk mengadopsinya masih membutuhkan dorongan berupa edukasi, jaminan kualitas, dan skema pembiayaan yang mudah dijangkau. Dari pertanyaan terbuka, ditemukan bahwa calon pengguna mengharapkan transparansi dari penyedia layanan, peran aktif pemerintah dalam memberikan insentif, dan model layanan yang lebih sederhana. Responden juga menyebutkan pentingnya informasi yang terpercaya melalui media sosial, ulasan daring, atau testimoni dari pengguna lain. Berdasarkan temuan ini, perusahaan seperti TMLEnergy disarankan untuk mengembangkan pendekatan pemasaran yang lebih komunikatif, inklusif, dan sesuai dengan persepsi masyarakat. Strategi seperti penawaran bundling, skema cicilan, serta kolaborasi dengan tokoh lokal dan institusi terpercaya dapat meningkatkan daya tarik layanan PLTS. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman adopsi energi surya dengan menekankan pentingnya pendekatan berbasis perilaku dalam inovasi model bisnis. Selain menambah literatur akademik dalam bidang perilaku konsumen energi terbarukan, hasil penelitian ini juga relevan bagi pelaku industri dan pembuat kebijakan yang ingin mendorong transisi energi di Indonesia secara lebih efektif. Kesimpulannya, penelitian ini menegaskan bahwa strategi bisnis yang berfokus pada pengguna dan dipandu oleh pemahaman perilaku akan lebih efektif dalam mendorong adopsi teknologi PLTS di segmen residensial. Pendekatan ini dapat membantu perusahaan dalam menyesuaikan penawaran dengan kebutuhan pasar serta mendukung pencapaian target energi berkelanjutan nasional.