Menurut Profil Statistik Kesehatan (2023), tingkat keluhan kesehatan di daerah pedesaan dalam sebulan terakhir 1,09% lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Namun, sebaliknya, persentase masyarakat yang menerima perawatan rawat jalan justru 4,34% lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di pedesaan. Data ini menunjukkan adanya ketidakmerataan fasilitas layanan kesehatan di Indonesia, termasuk di provinsi Sumatera Selatan. Distribusi fasilitas kesehatan di Sumatera Selatan terkonsentrasi di kota besar seperti Palembang, Baturaja, dan Lubuk Linggau. Akan tetapi, Akses fasilitas layanan kesehatan seperti apotek masih terbatas di daerah pedesaan. Hal ini menyebabkan bidan desa mengalami kesulitan dalam menyediakan kebutuhan perbekalan kefarmasian untuk klinik praktek mandiri mereka. Disisi lain beberapa apotek di kota Palembang seperti Apotek Hana mengalami kendala terhadap jumlah penjualan mereka akibat tingginya persaingan antar apotek di kota Palembang. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi apotek Hana untuk meningkatkan jumlah penjualannya dengan melakukan kolaborasi dengan bidan desa di desa sekitar kota Palembang. Kolaborasi ini membutuhkan strategi yang ideal untuk menarik bidan desa sebagai pelanggan apotek Hana. Oleh sebab itu, penting untuk memahami kebiasaan dan preferensi bidan desa dalam berbelanja untuk menyediakan perbekalan kefarmasian mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kebiasaan dan preferensi bidan desa agar menghasilkan strategi kolaborasi yang ideal antara Apotek Hana dengan Bidan desa di sekitar Kota Palembang. Peneliti menggunakan pendekatan design thingking untuk mengembangkan strategi kolaborasi ini dengan 5 proses tahapan yakni Empathy, Define, Ideate, Prototype, dan Test. Pengumpulan data primer menggunakan dua metode yakni metode kualitatif dengan in-depth interview terhadap 13 bidan desa, dan metode kuantitatif menggunakan survey dengan kuestioner untuk pengujian kesesuaian prototype yang dihasilkan. Dari hasil analisa, peneliti mengidentifikasi empat tantangan utama bidan desa dalam mengakses perbekalan kefarmasian mereka yakni jarak tempuh yang jauh, biaya yang tinggi, serta variasi produk yang sering terbatas. Berdasarkan hasil analisis ini, peneliti menyarankan 4 program sebagai solusi tantangan bidan desa yakni program harga pengiriman bertingkat, program keanggotaan, program diskon, serta program pembayaran kredit. Masing-masing program dirancang rencana implementasinya selama 1 tahun dan diproyeksikan dalam 6 bulan mendatang, penjualan apotek Hana dapat meningkat hingga delapan kali lipat
Perpustakaan Digital ITB