digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kemunculan teknologi keuangan atau fintech dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap cara orang, terutama kaum muda, mengelola uang mereka. Di kalangan mahasiswa perguruan tinggi Indonesia, platform pinjaman online telah menjadi populer karena kecepatan, kemudahan akses, dan layanan yang ramah pengguna. Namun, tren ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang keterlilitan utang berlebih, yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melunasi utang atau mengalokasikan sebagian besar penghasilan untuk pembayaran utang, terutama di kalangan mahasiswa dengan literasi keuangan yang rendah. Keterlilitan utang dapat menyebabkan stres finansial, tantangan akademik, dan ketidakstabilan ekonomi jangka panjang. Penelitian ini mengkaji hubungan antara literasi keuangan dan over-indebtedness di kalangan mahasiswa sarjana di Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk menilai bagaimana komponen literasi keuangan, yaitu pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, dan sikap keuangan, mempengaruhi risiko keterlilitan utang. Keterlilitan utang berlebih diukur melalui indikator objektif, seperti rasio utang terhadap pendapatan, dan persepsi subjektif tentang beban utang. Selain itu, penelitian ini mempertimbangkan karakteristik demografis utama, termasuk jenis kelamin, jurusan akademik, pendapatan bulanan, dan paparan terhadap pendidikan ekonomi, sebagai variabel kontrol yang mungkin memengaruhi atau mengendalikan hubungan ini. Penelitian ini menggunakan metode survei kuantitatif. Sebanyak 200 mahasiswa sarjana dari berbagai universitas di Bandung ikut serta dalam proses pengumpulan data. Sampling purposif digunakan untuk memilih responden yang sudah familiar atau sudah menggunakan platform pinjaman online. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda, baik dengan maupun tanpa variabel kontrol demografis, untuk menguji kekuatan dan arah hubungan antara literasi keuangan dan over-indebtedness. Temuan deskriptif menunjukkan bahwa mahasiswa umumnya menunjukkan tingkat literasi keuangan yang moderat, dengan perilaku keuangan sebagai dimensi terkuat, diikuti oleh pengetahuan dan sikap keuangan. Namun, tingkat utang berlebihan di kalangan mahasiswa cenderung masuk ke dalam kategori moderat hingga tinggi, ditandai dengan kecenderungan seperti penggunaan platform pinjaman online secara berkala, kesulitan rutin dalam pembayaran angsuran, dan alokasi sebagian besar penghasilan mereka untuk kewajiban pinjaman. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat utang berlebihan secara signifikan dan negatif dipengaruhi oleh literasi keuangan. Dengan kata lain, mahasiswa dengan pengetahuan keuangan yang lebih tinggi, sikap keuangan yang positif, dan perilaku keuangan yang bertanggung jawab cenderung kurang rentan terhadap utang berlebihan dari platform pinjaman online. Selain itu, karakteristik demografis merupakan aspek pengendali yang penting. Meskipun beberapa mahasiswa mungkin lebih rentan karena kurang terpapar konsep keuangan, mahasiswa dari jurusan akademik tertentu umumnya menunjukkan pemahaman keuangan yang lebih kuat. Bagaimana literasi keuangan diterjemahkan ke dalam keputusan keuangan aktual juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan pendidikan ekonomi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa yang berbeda mungkin tidak mendapatkan manfaat yang sama dari literasi keuangan saja. Berdasarkan temuan ini, beberapa rekomendasi diajukan. Pertama, perguruan tinggi harus mengintegrasikan pendidikan keuangan praktis ke dalam kurikulum inti di semua program studi, tidak hanya yang berkaitan dengan bisnis atau ekonomi. Mata kuliah ini harus menekankan kemampuan praktis seperti penilaian utang, perhitungan bunga, dan perencanaan anggaran. Perusahaan fintech dan pembuat kebijakan harus bekerja sama untuk memastikan penawaran pinjaman transparan dan bertanggung jawab. Sistem peringatan dini dan profil risiko harus diterapkan untuk melindungi peminjam yang rentan. Terakhir, layanan konseling keuangan yang ditargetkan harus ditawarkan kepada mahasiswa berisiko, terutama mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah atau latar belakang akademik yang biasanya tidak mencakup pelatihan keuangan. Studi ini menyimpulkan bahwa meningkatkan literasi keuangan sangat penting untuk mengurangi over-indebtedness di kalangan mahasiswa universitas. Namun, upaya tersebut harus inklusif dan sensitif terhadap latar belakang akademik dan sosio-ekonomi yang beragam dari mahasiswa. Studi ini berkontribusi pada diskusi yang berkembang tentang perilaku keuangan pemuda dan menawarkan wawasan yang dapat diterapkan bagi pendidik, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan fintech yang bertujuan untuk mempromosikan pinjaman yang bertanggung jawab dan kesejahteraan keuangan di kalangan mahasiswa universitas di Indonesia.