Bisnis keluarga telah menjadi kontributor ekonomi utama di seluruh dunia. McKinsey & Company memperkirakan bahwa bisnis keluarga akan mencapai 40% dari perusahaan terbesar di dunia pada tahun 2025. Di Asia Pasifik, 85 perusahaan keluarga terbesar mempekerjakan sekitar 3 juta pekerja, dan berkontribusi terhadap 4,3 persen dari PDB. Sementara itu di Indonesia, 95% dari seluruh perusahaan domestik adalah perusahaan keluarga, termasuk perusahaan-perusahaan yang sudah mapan, seperti Djarum Grup dan Golden-Agri Resources. Keberlanjutan sebuah perusahaan keluarga mempunyai karakteristik yang unik, dan melewati tahapan atau fase bisnis yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga.
Subyek dalam penelitian ini , PT Pratita Prama Nugraha, adalah sebuah perusahaan keluarga yang berusia 35 tahun, dan beroperasi di ranah industry spesifik, yaitu Non Destructive Testing (NDT). Pratita mengimpor dan menjual produk-produk NDT yang mencakup produk-produk radiografi, alat uji ultrasonic, eddy current, dan alat boroskop, sesuai dengan kebutuhan industry. Dengan menggunakan Corporate Lifecycles Graph dari Adizes dan menggabungkannya dengan motodologi corporate governance dari IFC, penulis menemukan bahwa Pratita saat ini berada di fase Go-Go dari sebuah bisnis keluarga: perusahaan sedang mengalami kesuksesan, tingkat penjualan tinggi, dan perusahaan memiliki arus kas yang baik. Namun demikian, perusahaan secara sistematis tidak siap untuk menghadapi kesuksesan ini. Keberlanjutan dari perusahaan ini bergantung kepada langkah-langkah penanganan untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Melalui wawancara mendalam, penulis menemukan – antara lain – bahwa perusahaan belum memiliki struktur, deskripsi pekerjaan, serta otoritas pengambilan keputusan yang jelas. Pratita juga mengalami orientasi dan fokus yang tidak koheren, lingkungan pekerjaan yang kurang kondusif, kurangnya kendali keuangan, serta kurangnya kepemimpinan. Semua hal ini konsisten dengan masalah utama di fase Go-Go yang dijabarkan oleh Adizes. Untuk bergerak ke fase selanjutnya, yaitu Adolescence, penulis menggali masalah yang dihadapi Pratita dengan lebih dalam, dan mengusulkan solusi The 7 Steps untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dan membawa Pratita ke fase selanjutnya. Penulis juga percaya bahwa cloud computing dan alat kolaborasi daring (online collaboration tools) akan bermanfaat, dan bahwa menjadi bagian tak terpisahkan dari implementasi The 7 Steps untuk Pratita.
Perpustakaan Digital ITB