digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak -Ria Fitriany
PUBLIC Open In Flipbook Irwan Sofiyan

Kawasan Indo-Pasifik merupakan wilayah yang membentang dari Samudra Hindia bagian timur hingga Samudra Pasifik bagian barat, mencakup perairan Indonesia yang dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut global. Namun, pemahaman mengenai distribusi foraminifera di kawasan Indo-Pasifik masih terbatas dan model lingkungan pengendapan yang ada saat ini belum merepresentasikan karakteristik kawasan Indo-Pasifik. Sementara perairan Indonesia memiliki variasi lingkungan tinggi yang masing-masing lingkungan mendukung komunitas foraminifera yang berbeda. Dalam penelitian ini identifikasi foraminifera baik foraminifera planktonik maupun bentonik dilakukan untuk membuat model lingkungan pengendapan berdasarkan karakteristik foraminifera. Sebanyak 35 sampel Resen diambil dari 9 lokasi berbeda dengan kedalaman mulai dari 0 hingga 4327 m. Berdasarkan kedalamannya, sampel dikelompokkan menjadi 6 lingkungan berdasarkan lingkungan pengendapan dari Rauwenda dkk. (1984), yaitu transisi, neritik dalam, neritik tengah, neritik luar batial atas, dan batial bawah. Kandungan foraminifera pada setiap lingkungan diuji dengan analisis statistik untuk menentukan karakteristik pada setiap lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis sedimen dan analisis foraminifera yang dilakukan secara kuantitatif untuk selanjutnya dilakukan analisis lanjutan seperti penentuan kelimpahan dan keanekaragaman foraminifera, analisis P/B ratio dan analisis statistik berupa analisis klaster, Indicator Value (IndVal), Detrended Correspondence Analysis (DCA) dan Principal Component Analysis (PCA) yang digunakan untuk mengidentifikasi spesies penciri dan faktor ekologi dominan pada masing-masing lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik asosiasi foraminifera di kawasan Indo-Pasifik berbeda dan mempunyai spesies penciri tertentu pada setiap zona batimetri. Lingkungan transisi dicirikan oleh substrat pasir kasar dengan dihadiri kumpulan foraminifera primer, yaitu Amphistegina dan Sphaerogypsina yang dipengaruhi oleh arus dan energi gelombang tinggi. Lingkungan neritik dalam dengan substrat pasir halus memiliki kumpulan primer foraminifera yang hadir antara lain Ammonia sp., Asterorotalia trispinosa, Elphidium hispidulum, Ammonia tepida, dan Ammonia beccarii, sedangkan pada substrat lanau kumpulan primer foraminifera yang hadir adalah Haplophragmoides dan Elphidium. Berdasarkan dari distribusi foraminifera baik pada substrat pasir halus maupun lanau, lingkungan neritik dalam dipengaruhi oleh kedalaman dan tipe substrat. Lingkungan neritik tengah dicirikan oleh substrat lanau dengan kumpulan foraminifera primer, yaitu Quinqueloculina dan Pseudorotalia yang dipengaruhi oleh substrat dan salinitas. Lingkungan neritik luar dicirikan oleh substrat lanau dengan kumpulan foraminifera primer yaitu Brizalina aenariensis, Gyroidina broeckhiana, dan Cibicides sp. yang dipengaruhi oleh kadar oksigen dan turbidity. Lingkungan batial atas dicirikan oleh substrat lanau dengan kumpulan foraminifera primer, yaitu Bulimina marginata, Uvigerina asperula, Rectobolivina bifrons, Eponides sp., Hyalinea bhaltica, Bolivinita quadrilatera, Dentalina sp., Brizalina robusta, Lenticulina calcar, Cassidulina sp., dan Heterolepa praecincta yang dipengaruhi oleh kadar oksigen dan kedalaman. Sementara lingkungan batial bawah dicirikan oleh substrat lanau dengan kumpulan foraminifera primer antara lain Lenticulina orbicularis, Uvigerina peregrina, Anomalina colligera, Globobulimina pacifica, Uvigerina sp. yang dipengaruhi oleh kedalaman dan kadar oksigen. Berdasarkan analisis P/B ratio, persentase foraminifera planktonik semakin meningkat seiring bertambahnya kedalaman dari nilai 0% pada lingkungan transisi hingga nilai tertingginya 96,63% pada lingkungan batial bawah. Diversitas foraminifera bentonik juga meningkat dari lingkungan transisi (10-16 spesies) hingga neritik tengah (27-46 spesies), tetapi kemudian menurun di lingkungan yang lebih dalam (6-40 spesies), sementara diversitas foraminifera planktonik terus meningkat seiring bertambahnya kedalaman, dari hanya 1 spesies pada lingkungan transisi hingga mencapai 23 spesies pada lingkungan batial bawah. Berdasarkan hal tersebut, terdapat faktor lingkungan mempengaruhi distribusi foraminifera, seperti kedalaman, tipe substrat, salinitas, turbidity dan kadar oksigen.