digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yuniar Anis Budiharja
PUBLIC Open In Flipbook Ridha Pratama Rusli

Perubahan iklim global dan krisis emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi tantangan serius bagi kelangsungan hidup manusia dan Bumi. Sektor energi, terutama pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara, menjadi penyumbang emisi GRK terbesar, yaitu 50 GtCO?-eq/tahun. Pemanfaatan biomassa dalam co-firing pada PLTU batubara merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi emisi GRK dan meningkatkan bauran energi terbarukan. Penerapan teknologi co-firing pada PLTU batubara di Indonesia masih sangat minim, dengan rata-rata porsi kombinasi biomassa terhadap batubara hanya sekitar 5% dari total kebutuhan bahan bakar. Upaya untuk meningkatkan persentase co-firing biomassa masih terkendala oleh keterbatasan kapasitas peralatan eksisting serta minimnya ketersediaan dan keandalan rantai pasok biomassa. PLTU Nagan Raya 1 dan 2 di Aceh, Indonesia, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan biomassa dalam co-firing. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi dan dampak pemanfaatan biomassa cangkang sawit dan wood chips dalam co- firing pada PLTU Nagan Raya 1 dan 2, serta untuk mengkaji potensi teknis cofiring biomassa pada PLTU Nagan Raya 1 dan 2 dengan simulasi menggunakan perangkat lunak Aspen Plus versi 14 dengan berbagai variasi rasio co-firing yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk analisis teknis dan ekonomi serta supply chain co-firing biomassa. Simulasi co-firing biomassa akan dilakukan menggunakan perangkat lunak Aspen Plus versi 14 dengan data proximate dan ultimate dari batubara dan biomassa (wood chips & cangkang sawit) serta parameter operasi PLTU Nagan Raya 1 dan 2. Rasio co-firing divariasikan sebesar 10%–50% berdasarkan persentase massa melalui perangkat lunak Aspen Plus, dampak co-firing biomassa terhadap emisi gas buang dan biaya operasional pada PLTU Nagan Raya 1 dan 2 dapat dievaluasi secara lebih menyeluruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan co-firing biomassa di PLTU Nagan Raya memberikan dampak positif baik dari segi teknis, lingkungan, maupun keekonomian. Co-firing cangkang sawit sebesar 10% dinilai paling layak diimplementasikan karena mampu menjaga stabilitas daya, menurunkan emisi SOx dan NOx serta memberikan efisiensi konsumsi bahan bakar dengan biaya produksi energi yang lebih rendah. Sementara itu, wood chips sebagai bahan alternatif hanya direkomendasikan maksimal sebesar 5% karena keterbatasan pasokan dan pengaruhnya terhadap efisiensi. Kombinasi biomassa dengan rasio 3:2 (cangkang sawit dan wood chips) pada total campuran 10% juga terbukti optimal, baik dari sisi performa teknis maupun kapasitas pasok lokal. Dengan mempertimbangkan kapasitas pasok biomassa yang tersedia di wilayah Nagan Raya dan sekitarnya, strategi implementasi co-firing dinilai layak untuk mendukung transisi energi yang berkelanjutan.