Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan melalui
pemanfaatan gas alam. Salah satu cadangan gas alam terbesar di Indonesia adalah
gas Natuna yang memiliki kandungan CO2 tinggi, mencapai 71%. Dry Reforming
of Methane (DRM) mampu mengonversi metana dan CO2 menjadi gas sintetis yang
bernilai tinggi berupa hidrogen dan karbon monoksida. Reaktor membran
menawarkan pendekatan inovatif untuk meningkatkan efisiensi proses DRM
melalui integrasi reaksi dan pemisahan dalam satu sistem.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh geometri reaktor terhadap
kinerja reaktor membran menggunakan simulasi Computational Fluid Dynamics
(CFD) berbasis ANSYS FLUENT 2025 R1. Model kinetika reaksi mengikuti
mekanisme Langmuir–Hinshelwood dengan katalis Rh/Al?O? dan melibatkan
reaksi utama DRM serta reaksi samping Reverse Water-Gas Shift (RWGS). Dengan
membran hidrogen berbasis Pd/GO/Al?O?.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa reaktor membran meningkatkan konversi CH?
dari 70,2% menjadi 80,54% pada kondisi operasi optimal (T = 948 K, P = 1 atm,
laju sweep gas 10× laju feed gas, dan rasio CH?/CO? = 1) dari reaktor biasa. Variasi
geometri penyempitan diameter mempercepat aliran di dekat permukaan membran
dan meningkatkan transportasi massa, yang menghasilkan peningkatan fluks H?
sekitar 10% dan yield H? sekitar 4%, meskipun peningkatan konversi reaktan relatif
kecil (<1%).
Selain itu, kondisi operasi terbukti lebih dominan dalam menentukan performa
sistem. Suhu tinggi dan tekanan feed rendah mempercepat reaksi endotermik DRM,
serta laju sweep gas tinggi memperkuat driving force permeasi H?, sedangkan rasio
umpan CH?/CO? mendekati stoikiometri menghasilkan komposisi syngas paling
seimbang. Integrasi antara desain geometri dan kondisi operasi optimum
menunjukkan efek sinergis terhadap peningkatan yield dan fluks H?, meskipun
diiringi kenaikan ?P absolut yang berimplikasi pada kebutuhan energi kompresi
yang lebih besar.
Perpustakaan Digital ITB