digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Eggi Septianto
PUBLIC Open In Flipbook Perpustakaan Prodi Arsitektur

Persepsi multisensori terhadap kualitas fisik dan aspek nonfisik menjadi elemen utama dalam proses apresiasi lingkungan. Identifikasi kualitas fisik, aspek nonfisik, dan hubungan manusia dengan lingkungan melalui pengalaman multisensori memperkuat pembentukan makna tempat. Makna ini dikonstruksi melalui integrasi informasi visual dan stimulus indra lainnya yang kemudian menghasilkan gambaran mental holistik terhadap lingkungan. Gambaran berdasarkan pengalaman indra visual, suara, bau, dan sentuhan dapat membantu individu mengenali dan merespons lingkungan secara lebih mendalam. Pengalaman multisensori pada perencanaan dan desain lingkungan dalam pendekatan konservasi dapat menciptakan pengalaman khas di kawasan bersejarah perkotaan yang dapat meningkatkan apresiasi pada aspek berwujud dan tidak berwujud. Namun, perkembangan diskusi model pengelolaan lingkungan cagar budaya saat ini masih berfokus pada mempertahankan keaslian artefak atau objek bangunan dengan menitikberatkan kualitas fisik berdasarkan apresiasi visual dan pendapat ahli. Perkembangan diskusi konsep tempat juga cenderung lebih menekankan pengalaman visual dengan mengabaikan pengalaman sensori lainnya dalam menciptakan hubungan manusia dengan lingkungannya. Padahal, hubungan antara manusia dan lingkungan penting untuk dikaji karena apa yang dirasakan melalui indra tidak selalu sama dengan makna yang diinterpretasikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung persepsi multisensori dalam proses apresiasi masyarakat pada sebuah lingkungan di kawasan bersejarah perkotaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran eksploratif dengan tiga teknik pengumpulan data: kuesioner daring yang dilakukan di lapangan untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat, observasi langsung untuk memahami karakteristik lingkungan sensori, dan pengukuran elemen sensori seperti kebisingan, aroma, tekstur, serta aspek visual. Analisis data dilakukan secara kualitatif melalui analisis isi dan kuantitatif menggunakan faktor analisis serta regresi, guna mengungkap faktor-faktor penting dan hubungan antara faktor penting dengan pengalaman multisensori pada proses apresiasi masyarakat terhadap lingkungan di kawasan bersejarah perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apresiasi masyarakat terhadap lingkungan kawasan bersejarah perkotaan merupakan hasil integrasi pengalaman multisensori melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sentuhan. Apresiasi ini dipengaruhi oleh faktor utama dalam persepsi multisensori, yaitu: kondisi dan karakter lingkungan; dan sifat dinamis dari sensasi sensori. Penelitian ini menegaskan bahwa pengalaman ruang bersifat multisensori dan mendukung konsep lingkungan responsif, di mana elemen fisik dan sensori seperti pencahayaan, suara, bau, dan tekstur membentuk identitas kawasan. Pelibatan publik dalam menilai lingkungan berbasis pengalaman indra memperkuat keterbacaan dan apresiasi terhadap kawasan bersejarah. Penelitian ini berfokus pada pentingnya apresiasi lingkungan melalui integrasi pengguna, konteks, dan aktivitas yang melibatkan indra dalam membentuk konsep pengalaman merasakan tempat. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan yang lebih responsif, didasarkan pada persepsi multisensori masyarakat, sebagai dasar untuk mendukung konservasi berbasis pengalaman ruang yang lebih partisipatif.