digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Swamedikasi adalah pengobatan mandiri untuk mengatasi gejala ringan tanpa konsultasi dokter, namun masih banyak dilakukan tanpa mengikuti aturan yang benar. Sekitar 51,7% masyarakat membeli obat tanpa resep di warung atau swalayan dan 41% penggunaan antibiotik dilakukan tanpa resep. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran apoteker dalam swamedikasi di Kecamatan Coblong, Kota Bandung, melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring kepada masyarakat dan wawancara mendalam dengan lima apoteker. Kuesioner mencakup data demografi, pengalaman swamedikasi, serta kepuasan terhadap layanan apoteker menggunakan metode SERVQUAL. Wawancara menggali pelaksanaan peran apoteker dalam swamedikasi. Sebanyak 191 responden tercatat pernah melakukan swamedikasi, mayoritas berpendidikan SMA/sederajat dengan rata-rata melakukan swamedikasi satu sampai dua kali dalam sebulan. Hasil menunjukkan tingkat kepuasan berada dalam kategori puas dengan Customer Satisfaction Index (CSI) sebesar 71,6%. Analisis Importance-Performance Analysis (IPA) mengidentifikasi beberapa atribut berada di Kuadran I yang perlu menjadi prioritas perbaikan, seperti penyampaian informasi efek samping, edukasi aktivitas yang harus dihindari saat penggunaan obat (reliability), dan jaminan atas kesalahan informasi obat (assurance). Wawancara menunjukkan bahwa apoteker telah menjalankan fungsinya secara aktif dalam praktik swamedikasi, namun tetap diperlukan peningkatan kualitas layanan dan fasilitas apotek.