Swamedikasi adalah pengobatan mandiri untuk mengatasi gejala ringan tanpa konsultasi dokter,
namun masih banyak dilakukan tanpa mengikuti aturan yang benar. Sekitar 51,7% masyarakat
membeli obat tanpa resep di warung atau swalayan dan 41% penggunaan antibiotik dilakukan
tanpa resep. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran apoteker dalam swamedikasi di
Kecamatan Coblong, Kota Bandung, melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data
dikumpulkan melalui kuesioner daring kepada masyarakat dan wawancara mendalam dengan lima
apoteker. Kuesioner mencakup data demografi, pengalaman swamedikasi, serta kepuasan
terhadap layanan apoteker menggunakan metode SERVQUAL. Wawancara menggali pelaksanaan
peran apoteker dalam swamedikasi. Sebanyak 191 responden tercatat pernah melakukan
swamedikasi, mayoritas berpendidikan SMA/sederajat dengan rata-rata melakukan swamedikasi
satu sampai dua kali dalam sebulan. Hasil menunjukkan tingkat kepuasan berada dalam kategori
puas dengan Customer Satisfaction Index (CSI) sebesar 71,6%. Analisis Importance-Performance
Analysis (IPA) mengidentifikasi beberapa atribut berada di Kuadran I yang perlu menjadi prioritas
perbaikan, seperti penyampaian informasi efek samping, edukasi aktivitas yang harus dihindari saat
penggunaan obat (reliability), dan jaminan atas kesalahan informasi obat (assurance). Wawancara
menunjukkan bahwa apoteker telah menjalankan fungsinya secara aktif dalam praktik
swamedikasi, namun tetap diperlukan peningkatan kualitas layanan dan fasilitas apotek.
Perpustakaan Digital ITB