digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Keberadaan nanomaterial dalam tanah ditunjukkan oleh adanya mineral penyusun tanah dan batuan yang berukuran nano, seperti montmorillonite yang berukuran 100-500 nm (Das, 2014). Mineral yang berukuran nano ini bereaksi secara kimia dengan skala nano pula. Indonesia menghasilkan 50 juta ton padi setiap tahunnya, dengan rata-rata abu sekam padi yang dihasilkan sebanyak 4 juta ton (Muntohar, 2002). Dengan jumlah tersebut, terdapat potensi pemanfaatan limbah abu sekam padi sebagai material perbaikan tanah. Uji Metilen Biru merupakan pengujian untuk mengidentifikasi ekspansivitas tanah dengan mudah, cepat dan relatif murah, dibandingkan dengan uji ekspansivitas menggunakan uji swelling dan CBR. Nilai metilen biru berkorelasi linear dengan indeks plastisitas dan berkorelasi eksponensial terhadap kadar mineral ekspansif, potensi pengembangan dan tekanan pengembangan. Penelitian ini menggunakan abu sekam padi (ASP) dan nano abu sekam padi (Nano ASP) sebagai stabilisator. Sampel tanah yang digunakan untuk perbaikan adalah sampel dari Grobogan dan Wonogiri, Jawa Tengah, dengan tingkat ekspansivitas yang sangat tinggi. Perbaikan tanah menggunakan campuran ASP dengan kadar 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% dengan waktu pemeraman 0, 3, 7, 14 dan 21 hari. Perbaikan tanah menggunakan nano ASP menggunakan kadar 5% dan 10% dari berat tanah yang digunakan pada pengujian. Parameter MDD mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kadar ASP. ASP dapat meningkatkan kekuatan tanah berdasarkan uji UCS dan mengurangi ekspansivitas berdasarkan uji indeks properties, uji metilen biru dan uji swelling. Berdasarkan pertimbangan tersebut penggunaan ASP lebih dari 10% dinilai tidak efektif. Hasil dari pengujian ini didapatkan bahwa penggunaan nano partikel abu sekam padi meningkatkan kuat tekan tanah 15-20% dan lebih efektif menurunkan ekspansivitas daripada abu sekam padi dengan kadar yang sama.