Keberadaan nanomaterial dalam tanah ditunjukkan oleh adanya mineral penyusun
tanah dan batuan yang berukuran nano, seperti montmorillonite yang berukuran
100-500 nm (Das, 2014). Mineral yang berukuran nano ini bereaksi secara kimia
dengan skala nano pula. Indonesia menghasilkan 50 juta ton padi setiap tahunnya,
dengan rata-rata abu sekam padi yang dihasilkan sebanyak 4 juta ton (Muntohar,
2002). Dengan jumlah tersebut, terdapat potensi pemanfaatan limbah abu sekam
padi sebagai material perbaikan tanah.
Uji Metilen Biru merupakan pengujian untuk mengidentifikasi ekspansivitas tanah
dengan mudah, cepat dan relatif murah, dibandingkan dengan uji ekspansivitas
menggunakan uji swelling dan CBR. Nilai metilen biru berkorelasi linear dengan
indeks plastisitas dan berkorelasi eksponensial terhadap kadar mineral ekspansif,
potensi pengembangan dan tekanan pengembangan.
Penelitian ini menggunakan abu sekam padi (ASP) dan nano abu sekam padi
(Nano ASP) sebagai stabilisator. Sampel tanah yang digunakan untuk perbaikan
adalah sampel dari Grobogan dan Wonogiri, Jawa Tengah, dengan tingkat
ekspansivitas yang sangat tinggi. Perbaikan tanah menggunakan campuran ASP
dengan kadar 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% dengan waktu pemeraman 0, 3, 7, 14
dan 21 hari. Perbaikan tanah menggunakan nano ASP menggunakan kadar 5%
dan 10% dari berat tanah yang digunakan pada pengujian.
Parameter MDD mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kadar ASP.
ASP dapat meningkatkan kekuatan tanah berdasarkan uji UCS dan mengurangi
ekspansivitas berdasarkan uji indeks properties, uji metilen biru dan uji swelling.
Berdasarkan pertimbangan tersebut penggunaan ASP lebih dari 10% dinilai tidak
efektif. Hasil dari pengujian ini didapatkan bahwa penggunaan nano partikel abu
sekam padi meningkatkan kuat tekan tanah 15-20% dan lebih efektif menurunkan
ekspansivitas daripada abu sekam padi dengan kadar yang sama.
Perpustakaan Digital ITB