digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Atie Ernawati
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Arsitektur tidak sekedar menghadirkan bentuk fisik, tetapi juga menjadi medium artikulasi nilai sosial, identitas budaya, dan memori kolektif. Di Indonesia, perkembangan arsitektur sangat dipengaruhi kolonialisme yang memunculkan proses akulturasi, transplantasi, adaptasi, hingga hibridisasi budaya, yang tercermin pada desain masjid bersejarah. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi keragaman budaya dalam desain masjid abad ke-18, khususnya Masjid Al-Anwar Angke di Jakarta (1761), karya arsitek Muslim Tiongkok, Syeh Liong Tan, yang berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus ruang komunitas dan simbol ketahanan identitas di bawah kekuasaan VOC. Secara teoretis, penelitian ini berpijak pada pandangan arsitektur sebagai ekspresi nilai dan proses budaya yang terus berubah mengikuti dinamika sosial. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, observasi, studi literatur, wawancara, dan studi komparasi dengan sepuluh masjid lain sezaman di Batavia. Penelitian ini menganalisis elemen arsitektur, sistem struktur, material, tata ruang, ornamen dan simbolisme dalam konteks sosio politik Batavia abad ke-18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masjid Al Anwar Angke merepresentasi perpaduan unsur budaya Jawa, Tiongkok, Arab, Bali, dan Eropa, yang tampak pada atap tumpang, konsol Tou-kung, ornamen purnaghata, dan tata ruang terbuka yang mendukung fungsi sosialnya. Temuan ini menegaskan bahwa masjid bukan sekedar ruang ibadah, melainkan ruang pertemuan multietnik dan medium representasi identitas ditengah dominasi kolonial. penelitian ini memperkaya khazanah masjid Nusantara serta membuktikan bahwa ruang ibadah dapat menjadi arena dialektika kekuasaan, identitas budaya, dan ekspresi sosial.