Inflamasi merupakan respons biologis yang kompleks dari jaringan tubuh terhadap
rangsangan berbahaya seperti patogen, sel yang rusak, atau iritan. Meskipun
inflamasi akut berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh, ketika terjadi
secara kronis atau tidak terkendali, inflamasi menjadi faktor utama dalam
patogenesis berbagai penyakit degeneratif seperti osteoartritis, artritis reumatoid,
penyakit kardiovaskular, hingga kanker. Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID) seperti celecoxib (Cxb) telah menjadi pendekatan terapeutik utama,
namun efek samping sistemik, bioavailabilitas yang rendah, dan pelepasan obat
yang tidak terkendali tetap menjadi tantangan utama dalam terapi. Oleh karena itu,
pendekatan nanoteknologi untuk sistem penghantaran obat menjadi fokus penting
dalam pengembangan terapi yang lebih efektif dan aman.
Penelitian ini mengembangkan sistem penghantaran obat menggunakan
mesoporous silica nanoparticles (MSN) menggunakan dua model obat
antiinflamasi, yaitu celecoxib (Cxb) dan fraksi ekstrak etanol umbi bawang dayak
(Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) (FBD). Sistem ini dimodifikasi secara ganda,
yakni melalui penambahan gugus amina (-NH????) serta gatekeeper polimer responsif
pH, yaitu polietilenimina termodifikasi imidazol (PEIIm) dan poli-L-lisin-histidin
(PLLHis). Formulasi MSN-NH????-Cxb-PEIIm menunjukkan efisiensi pemuatan obat
sebesar 12,91 ± 2,02% dan menghasilkan pelepasan Cxb yang lebih tinggi pada pH
5,5 (33,3 ± 2,3%) dibandingkan MSN-NH????-Cxb-PEI (28,8 ± 1,52%; p < 0,044),
menandakan adanya respons terhadap kondisi asam.
Uji viabilitas pada sel RAW 264,7 mengungkapkan bahwa PEIIm 80% memiliki
toksisitas yang lebih rendah dibanding PEI, terutama pada konsentrasi tinggi (1000
µg/mL, p < 0,033; 2000 µg/mL, p < 0,001). Selain itu, MSN-NH????-Cxb-PEIIm juga
menunjukkan viabilitas sel yang lebih baik dibanding MSN-NH????-Cxb-PEI pada
konsentrasi 50 µM (p = 0,014). Hasil ini mengindikasikan bahwa modifikasi
imidazol tidak hanya meningkatkan pelepasan obat, tetapi juga menurunkan
toksisitas sistem secara keseluruhan. Uji aktivitas biologis lebih lanjut
menunjukkan bahwa MSN-NH????-Cxb-PEIIm secara signifikan menurunkan
produksi nitrat oksida (NO) yang diinduksi oleh LPS pada sel RAW 264,7, baik
pada konsentrasi 5 µM (p < 0,01) maupun 25 µM (p < 0,001), menjadikannya
formulasi dengan efek antiinflamasi paling kuat dibandingkan varian lainnya.
Selanjutnya, sistem penghantaran MSN ini dikembangkan menggunakan FBD dan
Cxb. FBD dimuat ke dalam MSN-NH????dengan gatekeeper PEIIm, sedangkan Cxb
dimuat ke dalam MSN-NH????yang diintegrasikan dengan gatekeeper PLLHis.
Karakterisasi menunjukkan bahwa ukuran partikel dan potensial zeta dari sistem ini
tetap stabil dalam kondisi biologis. Hasil uji pelepasan in vitro mengindikasikan
bahwa MSN-NH????-Cxb-PLLHis mampu melepaskan Cxb secara lebih efisien pada
pH fisiologis (7,4). Uji biologis lebih lanjut menunjukkan bahwa FBD mampu
menghambat produksi NO pada sel makrofag RAW 264,7, mendukung potensinya
sebagai obat antiinflamasi dari bahan alam.
Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa sistem MSN yang difungsionalisasi ganda
dengan gatekeeper spesifik seperti PEIIm dan PLLHis dapat meningkatkan efikasi,
kendali pelepasan, dan selektivitas penghantaran obat antiinflamasi. Strategi ini
memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan sistem terapi berbasis
nanoteknologi yang lebih efektif dan minim toksisitas untuk pengelolaan inflamasi
kronis.
Perpustakaan Digital ITB