Penerapan konsep TOD (Transit Oriented Development) yang mengintegrasikan bangunan mixed-use dengan transportasi umum pada satu kawasan tidak hanya memberikan manfaat berupa peningkatan aksesibilitas dan pengurangan biaya transportasi harian, namun memunculkan permasalahan berupa kenaikan harga tanah dan hunian di kawasan TOD. Hal ini dapat mengakibatkan tidak terakomodasinya penduduk berpenghasilan lebih rendah yang semestinya paling diuntungkan dari manfaat aksesibilitas TOD, seperti diungkapkan oleh Kaniewska (2018). Berdasarkan data dari Departemen Perhubungan, kelas menengah ke bawah adalah kelompok mayoritas pengguna transportasi umum sehingga hunian berbasis TOD seharusnya mengakomodasi kelompok tersebut. Selain itu, penyediaan hunian terjangkau juga tercantum dalam ketentuan yang harus dipenuhi pada TOD Standard maupun peraturan pemerintah.
Sebagai kawasan TOD yang telah direncanakan pembangunannya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan dengan adanya aksesibilitas serta fasilitas yang cukup memadai, kawasan Fatmawati dapat dikembangkan dengan dibangunnya hunian mixed-use terjangkau sesuai dengan ketentuan pada peraturan pemerintah mengenai TOD. Berangkat dari hal-hal di atas, proyek ini bertujuan untuk membangun hunian yang dilengkapi dengan fungsi pendukung pengembangan kawasan TOD dengan menyediakan unit yang terjangkau bagi kelas menengah ke bawah yang terintegrasi dengan simpul transit pada kawasan TOD Fatmawati. Perancangan hunian terjangkau menggunakan strategi cross-subsidy dan commercial revenue, dengan menyatukan hunian komersial dan subsidi serta mengintegrasikannya dengan fungsi komersial dan ruang publik untuk menarik aktivitas. Kenyamanan pada unit yang terbatas, fleksibilitas, permeabilitas, desain yang berorientasi pada pejalan kaki, dan keterbukaan menjadi poin-poin penting yang diperhatikan dalam perancangan.
Perpustakaan Digital ITB