Kebutuhan energi listrik di Indonesia mengalami peningkatan signifikan dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2023, konsumsi listrik mencapai 1.285 kWh per kapita
meningkat sebesar 20,77% dibandingkan dengan tahun 2018. Sebagian besar energi
listrik di Indonesia masih bersumber dari energi fosil terutama batubara yang
mendominasi bauran energi primer sebesar 67,2%. Seiring komitmen Indonesia
dalam Perjanjian Paris dan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2023 tentang
Konservasi Energi maka upaya penurunan emisi GRK dan konservasi energi
menjadi semakin mendesak.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan audit energi pada PLTU berkapasitas 315
MW dengan boiler tipe pulverized coal. Audit energi yang dilakukan akan
mengidentifikasi potensi kehilangan energi pada komponen utama PLTU dan
menyusun rekomendasi teknis dan ekonomis untuk meningkatkan efisiensi energi
sekaligus potensi penurunan emisi CO2 dan SO2 yang dihasilkan. Metode yang
digunakan adalah audit energi awal (preliminary audit) dengan analisis neraca
massa dan energi serta menghitung unjuk kinerja peralatan menggunakan perangkat
lunak Ms Excel. Audit energi yang dilakukan akan menggunakan basis data operasi
PLTU bulan Juni 2023 hingga Juni 2024. Ruang lingkup penelitian mencakup area
utama PLTU yaitu boiler, turbin, dan kondensor.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa fluktuasi NPHR
pada PLTU terjadi sepanjang periode Juni 2023 hingga Juni 2024. Secara
keseluruhan, seluruh hasil NPHR aktual menunjukkan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan baseline komisioning yang menjadi indikasi bahwa kinerja
unit secara konsisten berada di bawah performa desain awal.
Pada area boiler mengurangi excess air dari 22% menjadi 20% akan meningkatkan
efisiensi boiler dari 82,56% menjadi 82,69% sehingga mengurangi penggunaan
batubara sebesar 2.347,80 ton/tahun setara pengurangan emisi CO2 sebesar
4.292,11 ton/tahun dengan payback period 0,46 tahun. Usulan lain pada area boiler
adalah dengan mengurangi temperatur gas buang boiler sebesar 5 oC. Tindakan ini
akan memberikan potensi penghematan batubara sebesar 5.298 ton/tahun dan
mengurangi pembelian bahan bakar sebesar Rp 4,98 miliar/tahun setara
pengurangan emisi CO2 sebesar 9.865,46 ton/tahun. Pada area turbin uap meningkatkan tekanan main steam dari 153 bar menjadi 167
bar memberikan kenaikan efisiensi mekanis sebesar 1,09% dan menurunkan
turbine heat rate (THR) sebesar 12,36 kcal/kWh. Usulan ini berpotensi mengurangi
penggunaan batubara sebesar 7.594,29 ton/tahun setara pengurangan emisi CO2
sebesar 13.897,72 ton/tahun dan pengematan biaya bahan bakar Rp 7,14
miliar/tahun dengan payback period 0,10 tahun. Usulan lainnya adalah tindakan
preventif untuk mencegah penurunan kinerja turbin uap dengan menambahkan
parameter pemantauan kondisi uap melalui pemasangan online analyzer untuk
parameter Sodium dan cation conductivity (CC).
Pada area kondensor perbaikan tekanan kondensor 1 kPa akan meningkatkan
efisiensi kondensor 7,81% dan meningkatkan daya keluaran turbin sebesar 0,85
MW setara dengan pengurangan konsumsi batubara sebesar 2.464,41 ton/tahun dan
pengurangan emisi CO2 sebesar 4.242,53 ton/tahun. Usulan lainnya adalah untuk
menjaga kinerja kondensor tetap optimal dengan menyesuaikan dosis injeksi
biosida pada air masuk kondensor berdasarkan chlorine demand dari air pendingin
PLTU Lontar. Selain itu disarankan untuk memasang alat pengukur residual
chlorine pada air yang keluar dari kondensor untuk memastikan kadar residual
chlorine tetap berada dalam batas yang ditentukan (0,2 ppm).
Secara umum hasil studi ini menunjukan bahwa efisiensi energi pada PLTU dapat
ditingkatkan melalui pengelolaan operasi yang optimal, penerapan program
pemeliharaan yang konsisten serta integrasi teknologi pendukung yang selaras
dengan kondisi operasi aktual
Perpustakaan Digital ITB