Peningkatan emisi karbon dioksida (CO?) dari pembangkit listrik berbahan bakar
fosil menjadi tantangan besar dalam upaya dekarbonisasi sektor energi di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan teknis dan ekonomis
penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) pada Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Tidore berkapasitas 2 × 7 MW di wilayah Indonesia Timur.
Simulasi proses dilakukan menggunakan perangkat lunak Aspen HYSYS dengan
dua formulasi pelarut amina: 30% monoethanolamine (MEA) + 10% piperazine
(PZ) dan 30% methyldiethanolamine (MDEA) + 10% PZ. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa formulasi MEA + PZ memiliki efisiensi penangkapan CO?
lebih tinggi (99%) dibandingkan MDEA + PZ (93.05%), namun dengan konsumsi
energi regenerasi yang jauh lebih besar. Produk CO? dari kedua sistem mencapai
kemurnian >99%, dengan kondisi akhir berupa cairan pada suhu –20 °C dan
tekanan 20 bar. Sistem MEA memiliki beban panas reboiler (0.92 MW) dan penalti
energi terhadap pembangkit (30.32%) lebih tinggi dibanding sistem MDEA dengan
beban panas reboiler (0.61 MW) dan penalti energi terhadap pembangkit (20.22%)
dengan ini system MDEA lebih layak secara teknis. Dari sisi ekonomi, penerapan
CCS membutuhkan investasi sebesar IDR 122,43 miliar dan biaya operasi tahunan
IDR 63,91 miliar, yang meningkatkan Levelized Cost of Electricity (LCOE) dari
IDR 2.486/kWh menjadi IDR 4.377,13/kWh. Namun, analisis sensitivitas
menunjukkan CCS dapat menjadi layak secara finansial jika LCOE tetap pada harga
karbon minimum USD 94,29/ton CO?, menghasilkan NPV positif IDR 82 miliar
dan IRR sebesar 9,71%. Temuan ini menunjukkan bahwa CCS merupakan strategi
dekarbonisasi yang menjanjikan jika didukung oleh kebijakan harga karbon dan
insentif yang tepat.
Perpustakaan Digital ITB