digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rofiq Adyatama
PUBLIC Open In Flipbook Ridha Pratama Rusli

Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas CO2 pada sektor energi melalui joint statement Just Energy Transition Partnership (JETP) pada tahun 2022 dengan target net zero emission pada tahun 2060. Untuk mencapai visi tersebut, PLN melakukan program accelerate renewable energy untuk meningkatkan persentase bauran energi terbarukan pada sektor kelistrikan di Indonesia, dengan target 20.923 MW tenaga listrik sumber EBT pada tahun 2040. Indonesia sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia dengan jumlah produksi CPO sebesar 46,82 juta ton memiliki potensi untuk mengolah Palm Oil Mill Effluent (POME) menjadi biogas dengan kandungan metana 50–75% sebagai sumber energi terbarukan. Pada penelitian ini akan dilakukan gap analisis dari literatur yang ada untuk mengetahui keekonomisan pemanfaatan biogas hasil fermentasi POME melalui 2 skema, yaitu: 1. Melalui direct co-firing pada PLTU yang sudah ada dengan mengalirkan biogas hasil fermentasi ke PLTU Terdekat; 2. Melakukan skema pembangkitan in-situ yang selanjutnya produk energi listrik dialirkan ke jaringan transmisi untuk menurunkan beban PLTU. Dari kedua skema tersebut dilakukan analisis energi, tekno ekonomi, penurunan emisi per satuan energi listrik, dan potensi-potensi risiko yang mungkin terjadi. Studi yang dilakukan akan berfokus pada aspek jarak antara sumber POME dengan lokasi pembangkit terdekat. Dari Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa skema in-situ menghasilkan listrik sebesar 2 MW dan menurunkan emisi CO2 sebesar 984,94 kg/h. Biaya investasi sebesar Rp 125.398.547.048,00; biaya produksi sebesar Rp 23.217.237.287,00 /th; dan IRR sebesar 20,75%. Tingkat kemungkinan risiko akumulatif sebesar 21,56% dan tingkat dampak akumulatif sebesar 21. Skema direct co-firing menghasilkan energi listrik sebesar 1,80 MW dan menurunkan emisi CO2 sebesar 888,01 kg/h. Biaya investasi sebesar Rp 224.912.825.047,00; biaya produksi sebesar Rp Rp 39.478.774.987,00 /th; dan IRR sebesar 4,98%. Tingkat kemungkinan risiko akumulatif sebesar 24,96% dan tingkat dampak akumulatif sebesar 21.