digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri pertambangan batubara di Indonesia memainkan peran penting dalam mendukung pembangunan nasional, dengan PT Bukit Asam (PTBA) sebagai salah satu BUMN terkemuka. Divisi Pertambangan di Tanjung Enim (UPTE) beroperasi 24 jam penuh dan sangat bergantung pada sistem kerja shift, di mana struktur tenaga kerja secara signifikan mempengaruhi produktivitas, keselamatan dan biaya. Saat ini, PTBA menggunakan sistem 3-shift, namun tantangan seperti kelelahan pengawas, meningkatnya biaya tenaga kerja, dan produktivitas yang tidak optimal telah mendorong organisasi untuk mencari alternatif yang lebih baik. Studi ini menggunakan pendekatan metode gabungan, yang menggabungkan metode kualitatif dari Focus Group Discussion (FGD) dengan para Subject Matter Expert (SME), tinjauan dokumen internal, dan benchmarking dengan rekan-rekan di industri seperti KPC dan ADARO. Secara kuantitatif, studi ini menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mengevaluasi tiga model shift alternatif: (1) rotasi 3 shift saat ini, (2) sistem 2 shift dengan jam kerja 12 jam, dan (3) model hibrida yang menerapkan 2 shift untuk area yang dikelola sendiri (swakelola) dan struktur non-shift untuk site yang diawasi oleh kontraktor. Evaluasi didasarkan pada lima kriteria utama: Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Produktivitas dan Efisiensi, Kepatuhan terhadap Peraturan, Kesejahteraan Karyawan, dan Biaya Operasional. Analisis AHP menunjukkan bahwa model hybrid merupakan pilihan yang paling disukai, dengan bobot prioritas sebesar 43,7%. Model ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional dan efektivitas pengawasan, tetapi juga mengurangi kelelahan dan meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja dengan meniadakan tugas shift malam di area kontraktor. Model ini menawarkan penggunaan tenaga kerja yang paling efisien, dengan potensi pengurangan 35% jumlah pengawas yang dibutuhkan. Skenario implementasi diusulkan dimulai dengan penerapan percontohan di area SWK 1 dan BANKO 1, diikuti dengan peluncuran di seluruh organisasi setelah evaluasi. Sistem shift hibrida ini direkomendasikan sebagai sistem yang paling sesuai untuk memenuhi tujuan produktivitas dan keberlanjutan di masa depan.