Dokumen Asli
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan
Pertumbuhan pesat konektivitas digital di Indonesia khususnya di wilayah perkotaan mencerminkan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap akses internet. Saat ini, tercatat sekitar 200 juta pengguna internet di Indonesia atau sekitar 65% dari total populasi. Seiring kemajuan teknologi dan meningkatnya penetrasi internet, kebutuhan terhadap layanan Video-on-Demand (VoD) juga turut meningkat. VoD adalah sistem distribusi konten video yang memungkinkan pengguna menonton kapan pun tanpa terikat. Namun, kondisi ini belum merata ke seluruh wilayah Indonesia, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang masih menghadapi tantangan besar dalam hal ketersediaan infrastruktur telekomunikasi. Ketiadaan atau minimnya Base Transceiver Station (BTS) di wilayah tersebut menyebabkan rendahnya tingkat penetrasi layanan digital. Pemanfaatan infrastruktur digital milik BAKTI, seperti satelit SATRIA-1 dan BTS non-SATRIA memberikan potensi signifikan dalam memperluas jangkauan layanan digital di Indonesia, termasuk layanan Video-on-Demand (VoD).
Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan memanfaatkan arsitektur dan konsep Content Delivery Network (CDN) yang memungkinkan konten video disimpan lebih dekat dengan pengguna akhir. Namun demikian, keterbatasan kapasistas uplink yang hanya mencapai 2 Mbps di wilayah 3T menjadi salah satu hambatan utama dalam penerapannya. Oleh sebab itu, diperlukan analisis terhadap strategi penempatan server VoD untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap parameter Quality of Service (QoS) dalam kondisi infrastruktur yang terbatas tersebut.
Untuk keperluan simulasi sistem cloud akan digunakan Google Cloud Platform (GCP) sebagai platform utama. Penempatan server dibagi menjadi dua scenario, yaitu di sisi Hub dan Edge. Namun, tugas akhir ini hanya mengakomodasi penempatan server di sisi Hub . Lokasi server yang disimulasikan adalah dua region berbeda, yaitu region Singapura (Asia-Southeast1) dan region Jakarta (Asia-Southeast2) pada GCP. Kedua lokasi ini kemudia dibandingkan untuk menilai perbedaan performa dan efisiensi layanan VoD yang dibangun.
Sistem yang dikembangkan terdiri dari dua subsistem, yaitu subsistem website dan subsistem data analysis. Subsistem website dibangun menggunakan Google App Engine yang terintegrasi dengan Google Cloud CDN. Website berhasil berjalan dengan stabil dan mampu menampilkan konten video dari dua lokasi server yang berbeda sesuai dengan rancangan. Subsistem data analysis menggunakan Wireshark sebagai alat pemantauan dan pengambilan data performa jaringan. Pengujian dilakukan sebanyak 30 kali pada masing-masing lokasi server dengan empat parameter utama QoS yang diukur, yaitu throughput, delay, jitter, dan packet loss.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa region Singapore memberikan performa yang lebih unggul secara konsisten dibandingkan region Jakarta. Throughput yang didapatkan pada Hub Singapura lebih tinggi 6,44% dibandingkan pada Hub Jakarta. Rata-rata delay pada Hub Singapura juga lebih rendah 12,88% dibandingkan Hub Jakarta. Rata-rata jitter yang didapatkan oleh Hub Singapura pun lebih rendah 2,80% dibandingkan yang didapatkan pada Hub Jakarta. Sementara itu, nilai packet loss pada kedua lokasi menunjukkan nilai yang sama, yaitu 0% yang menunjukkan bahwa tidak terjadi kehilangan paket selama transmisi. Hal ini diperkuat dengan melihat hasil traceroute untuk rute menuju server Singapura cenderung lebih stabil dan memiliki latensi antar-hop yang lebih rendah dibandingkan server Jakarta, meskipun secara geografis Jakarta lebih dekat dengan lokasi pengujian.
Berdasarkan hasil implementasi secara keseluruhan, simulasi layanan VoD pada Hub Jakarta dan Hub Singapura dapat membentuk sistem yang efektif dan realistis. Namun, skema Hub Singapura terbukti memiliki kualitas yang lebih optimal dalam mendukung layanan VoD pada kondisi jaringan terbatas di wilayah 3T.
Perpustakaan Digital ITB