digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dokumen Asli
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan

Perkembangan teknologi digital menjadikan internet sebagai elemen penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada industri komunikasi, pendidikan, bisnis, hingga hiburan. Sekitar 5.56 miliar jiwa atau 67.9% populasi global telah terhubung ke internet dengan pertumbuhan tahunan sebesar 136 juta pengguna per bulan Februari 2025. Salah satu layanan yang berkembang pesat dalam ekosistem digital ini adalah Video-on-Demand (VoD), yaitu sistem distribusi konten video yang memungkinkan pengguna mengakses video kapan dan di mana saja sesuai keinginan pengguna. Di Indonesia, industri VoD mengalami peningkatan signifikan dengan pendapatan mencapai 366 juta USD pada 2023, meningkat 72% dari tahun sebelumnya. Namun, pemerataan layanan digital masih menghadapi kendala di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Infrastruktur yang dimiliki oleh, seperti satelit SATRIA-1 dan BTS non-SATRIA, membuka peluang besar untuk memperluas akses digital, khususnya untuk layanan VoD. Akan tetapi, adanya keterbatasan bandwidth uplink sebesar 2 Mbps di wilayah 3T menjadi tantangan tersendiri dalam pengimplementasiannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai penempatan server VoD di sisi edge maupun hub untuk mengukur dampaknya terhadap Quality of Service (QoS) dalam kondisi infrastruktur tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membangun simulasi sistem VoD dengan dua pendekatan penempatan server, yaitu pada sisi edge dan sisi hub, serta melakukan analisis perbandingan Quality of Service (QoS). Metode yang digunakan melibatkan pembangunan sistem simulasi pada dua skema berbeda. Pada skema edge, sistem dibangun menggunakan mini PC sebagai server lokal yang menyimpan konten video. Sistem di-hosting menggunakan Apache Web Server dan diakses melalui jaringan lokal menggunakan IP address. Karena menggunakan pendekatan edge, pengujian dilakukan dalam jaringan yang terhubung ke satu router. Sementara itu, skema hub dibangun menggunakan layanan Google Cloud Platform (GCP) dengan penyimpanan video pada Cloud Storage Bucket di region asia-southeast2 (Jakarta), dilengkapi dengan Cloud CDN melalui konfigurasi backend bucket dan load balancer. Sistem frontend dibangun menggunakan App Engine, dan pengujian dilakukan melalui akses publik terhadap konten video yang telah didistribusikan secara CDN. Pengukuran parameter QoS, seperti throughput, packet loss, delay, dan jitter dilakukan menggunakan Wireshark dengan melakukan 30 kali percobaan sesuai dengan central limit theorem. Dengan melakukan 30 kali percobaan, rata-rata sampel akan cenderung membentuk distribusi yang mendekati normal sehingga analisis statistik yang dilakukan menjadi lebih valid. Hasil pengujian menunjukkan bahwa skema edge unggul dalam tiga parameter utama QoS. Rata-rata throughput pada skema edge mencapai 1.579 Mbps, lebih tinggi 18.68% dibandingkan dengan hub yang hanya 1.330 Mbps. Pengolahan data secara lokal mengurangi beban jaringan inti dan meningkatkan kecepatan transfer. Delay pada skema edge juga menunjukkan hasil lebih baik dengan peningkatan performa sebesar 98.41%, dengan rata-rata delay skema edge sebesar 6.51 ms dan skema hub sebesar 407.611 ms. Hasil ini mencerminkan waktu respon yang lebih cepat akibat letak server yang lebih dekat dengan pengguna. Packet loss pada kedua skema bernilai 0% menunjukkan tidak ada gangguan pada transmisi data dan kualitas layanan setara dalam aspek ini. Sementara itu, untuk parameter jitter, skema hub lebih unggul dengan nilai rata-rata 0.165 ms, lebih baik 22.83% dibandingkan edge yang mencatat 0.202 ms. Secara keseluruhan, skema edge menghasilkan kualitas layanan yang lebih baik. Selain itu, dengan mempertimbangkan keterbatasan infrastruktur di wilayah 3T, pendekatan penempatan server di edge dengan konten video beresolusi SD (Standard Definition) merupakan solusi yang paling optimal untuk implementasi layanan VoD di daerah tersebut.