digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fildzah Ayunda
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus

Pertumbuhan industri hilirisasi mineral di Indonesia mendorong peningkatan volume tailing, limbah B3 hasil pengolahan bijih mineral, yang menimbulkan tantangan besar dalam aspek pengelolaan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan efisiensi biaya serta dampak hidrogeologi dari dua metode penempatan tailing—timbunan tailing kering dan bendungan tailing slurry—berdasarkan studi kasus di Palu, Sulawesi Tengah. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui kajian literatur, survei lapangan, pengumpulan data teknis dan biaya, serta simulasi hidrogeologi. Penelitian menemukan bahwa metode timbunan tailing kerimg memiliki potensi efisiensi biaya tertinggi, serta risiko hidrogeologi relatif lebih rendah dibandingkan bedungan tailing slurry. Metode bendungan menawarkan kapasitas tampung yang lebih besar namun membutuhkan infrastruktur yang kompleks serta berisiko lebih tinggi terhadap pencemaran air tanah dan ketidakstabilan struktur. Penilaian mencakup aspek biaya modal, operasional, dan penutupan, serta potensi pencemaran air tanah berdasarkan konduktivitas hidraulik, pergerakan lindi, dan kondisi geologi lokal. Hasil penelitian merekomendasikan metode penimbunan tailing kering sebagai pendekatan yang sesuai dalam konteks regulasi nasional dan keberlanjutan lingkungan. Temuan ini diharapkan dapat mendukung pengambilan keputusan dalam pengelolaan tailing secara efektif dan bertanggung jawab, sejalan dengan kebijakan perlindungan lingkungan dan praktik pertambangan berkelanjutan di Indonesia.