digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Struktur terapung seperti kapal menghadapi tantangan terkait pemeliharaan dan perbaikan, terutama karena beroperasi dalam kondisi lingkungan laut yang ekstrem. Salah satu komponen penting yang mempengaruhi stabilitas kapal adalah fin stabilizer, yang berfungsi untuk mengurangi guncangan dan meningkatkan kenyamanan serta keselamatan saat berlayar. Pemeliharaan dan pemasangan fin stabilizer dapat dilakukan dengan dua metode utama, yaitu metode bawah air dan metode docking. Meskipun metode docking telah lama digunakan karena memungkinkan pemeriksaan menyeluruh terhadap kapal, metode bawah air menawarkan keunggulan dari segi efisiensi waktu dan biaya, serta mengurangi gangguan terhadap operasional kapal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan efektivitas dan efisiensi kedua metode tersebut dalam pemasangan fin stabilizer pada Kapal Republik Indonesia (KRI) Bung Karno, dengan fokus pada biaya, waktu, serta manajemen risiko. Metode yang digunakan mencakup pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yang melibatkan analisis data sekunder dari dokumen proyek dan studi literatur, serta penerapan teknik manajemen risiko seperti Work Breakdown Structure (WBS) dan Risk Breakdown Structure (RBS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode bawah air lebih efisien secara biaya dan waktu dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebesar Rp40.000.000, dibandingkan dengan metode docking yang mencapai Rp228.090.000. Meskipun demikian, kedua metode tersebut tetap menghadapi risiko keselamatan yang signifikan, yang perlu dikelola dengan langkah mitigasi yang tepat.