Peningkatan konsumsi energi listrik di Indonesia seiring dengan pertumbuhan
ekonomi dan penduduk mendorong pencarian sumber energi alternatif yang
berkelanjutan. Co-firing Biomassa, khususnya serbuk gergaji, pada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi
ketergantungan pada batubara dan meningkatkan pemanfaatan Energi Baru dan
Terbarukan (EBT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan teknis
dan ekonomis co-firing serbuk gergaji sebagai bahan bakar alternatif di PLTU
Labuhan Angin, Sumatera Utara, yang menggunakan teknologi Circulating
Fluidized Bed (CFB). Penelitian ini juga mempertimbangkan rasio co-firing 10%,
30%, 60%, 80%, dan 100%, sejalan dengan target pemanfaatan energi baru
terbarukan yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022.
Penelitian ini meliputi analisis karakteristik serbuk gergaji, pengaruh berbagai
rasio co-firing terhadap laju kebutuhan udara dan laju kebutuhan bahan bakar,
perhitungan kebutuhan serbuk gergaji untuk mencapai target co-firing, evaluasi
potensi ketersediaan serbuk gergaji di Sumatera Utara, dan analisis perbandingan
Biaya Pokok Penyediaan (BPP) antara co-firing dan 100% batubara. Dalam
analisis ekonomi, biaya bahan bakar dan potensi penghematan biaya juga
diperhitungkan.
Hasil analisa teknis menunjukkan bahwa rasio campuran 60% biomassa adalah
yang paling layak dan memenuhi seluruh kriteria standar SNI 9032:2021. Secara
ekonomis, meskipun Specific Fuel Consumption (SFC) meningkat seiring
bertambahnya rasio biomassa karena nilai kalor yang lebih rendah, biaya produksi
listrik justru mengalami penuruan pada rasio di atas 20-30%. Co-firing serbuk
gergaji menunjukkan BPP yang kompetitif dibandingkan 100% batubara, bahkan
menghasilkan penghematan biaya signifikan pada rasio yang lebih tinggi. Selain
itu, co-firing serbuk gergaji terbukti berpotensi efektif dalam mengurangi emisi gas
rumah kaca (GRK) dan polutan lain seperti NOx dan SO2.
Perpustakaan Digital ITB