Penyakit jantung koroner masih menjadi penyebab utama mortalitas dan sindrom
koroner akut atau SKA merupakan salah satu manifestasi klinisnya yang terjadi
karena pecahnya plak dan pembentukan thrombus sehingga membutuhkan obat
yang mencegah pembentukan thrombus seperti antiplatelet dan antikoagulan.
Penggunaan obat-obatan ini secara bersamaan dapat memicu terjadinya interaksi
obat dan memunculkan efek berbahaya seperti pendarahan. Efek ini dapat
berpengaruh terhadap proses perawatan pasien, salah satunya terhadap lama rawat
inap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis interaksi obat potensial
pada obat-obatan yang berpengaruh terhadap pendarahan dan mengamati interaksi
aktualnya berupa kejadian pendarahan serta hubungannya terhadap lama rawat
inap. Penelitian dilakukan melalui observasional secara retrospektif dengan melihat
rekam medik elektronik dan hasil laboratorium dari pasien pada periode Oktober
2024 –Maret 2025. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling
dengan total sampel pada penelitian ini adalah 176 orang. Kriteria inklusi adalah
pasien rawat inap yang mendapatkan obat-obatan terkait pendarahan seperti
antiplatelet dan antikoagulan. Interaksi obat dianalisis menggunakan Micromedex
dan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Minitab Statistical Software
22. Nilai hemoglobin dan tanda-tanda klinis digunakan untuk menilai pendarahan
pada pasien berdasarkan kriteria BARC. Kejadian pendarahan teramati pada 14
pasien. Interaksi obat potensial yang paling banyak teramati adalah interaksi antara
aspirin –clopidogrel, aspirin –ticagrelor, dan aspirin –heparin. Sebanyak 57,14%
pasien yang mengalami pendarahan mendapatkan obat terkait pendarahan dengan
jumlah ?3 obat. Median jumlah interaksi obat potensial adalah 3(IQR 3). Nilai
median lama rawat inap pasien adalah 4 hari (IQR 4). Analisis komparatif
menunjukkan bahwa lama rawat inap dan jumlah obat pada kelompok pendarahan
berbeda bermakna dengan kelompok yang tidak mengalami pendarahan (p<0,05).
Analisis multivariat dengan regresi linear berganda menunjukkan bahwa jumlah
obat yang diterima pasien dan jenis diagnosis SKA yang dialami pasien merupakan
variabel yang berpengaruh terhadap perpanjangan lama rawat inap.
Perpustakaan Digital ITB