digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penyakit jantung koroner masih menjadi penyebab utama mortalitas dan sindrom koroner akut atau SKA merupakan salah satu manifestasi klinisnya yang terjadi karena pecahnya plak dan pembentukan thrombus sehingga membutuhkan obat yang mencegah pembentukan thrombus seperti antiplatelet dan antikoagulan. Penggunaan obat-obatan ini secara bersamaan dapat memicu terjadinya interaksi obat dan memunculkan efek berbahaya seperti pendarahan. Efek ini dapat berpengaruh terhadap proses perawatan pasien, salah satunya terhadap lama rawat inap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis interaksi obat potensial pada obat-obatan yang berpengaruh terhadap pendarahan dan mengamati interaksi aktualnya berupa kejadian pendarahan serta hubungannya terhadap lama rawat inap. Penelitian dilakukan melalui observasional secara retrospektif dengan melihat rekam medik elektronik dan hasil laboratorium dari pasien pada periode Oktober 2024 –Maret 2025. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dengan total sampel pada penelitian ini adalah 176 orang. Kriteria inklusi adalah pasien rawat inap yang mendapatkan obat-obatan terkait pendarahan seperti antiplatelet dan antikoagulan. Interaksi obat dianalisis menggunakan Micromedex dan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Minitab Statistical Software 22. Nilai hemoglobin dan tanda-tanda klinis digunakan untuk menilai pendarahan pada pasien berdasarkan kriteria BARC. Kejadian pendarahan teramati pada 14 pasien. Interaksi obat potensial yang paling banyak teramati adalah interaksi antara aspirin –clopidogrel, aspirin –ticagrelor, dan aspirin –heparin. Sebanyak 57,14% pasien yang mengalami pendarahan mendapatkan obat terkait pendarahan dengan jumlah ?3 obat. Median jumlah interaksi obat potensial adalah 3(IQR 3). Nilai median lama rawat inap pasien adalah 4 hari (IQR 4). Analisis komparatif menunjukkan bahwa lama rawat inap dan jumlah obat pada kelompok pendarahan berbeda bermakna dengan kelompok yang tidak mengalami pendarahan (p<0,05). Analisis multivariat dengan regresi linear berganda menunjukkan bahwa jumlah obat yang diterima pasien dan jenis diagnosis SKA yang dialami pasien merupakan variabel yang berpengaruh terhadap perpanjangan lama rawat inap.