digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu hal yang menjadi tantangan dalam mengobati penderita COVID-19 dengan komorbid adalah potensi interaksi obat di mana mayoritas penderita dengan komorbid mendapatkan polifarmasi. Interaksi obat dapat menimbulkan efek samping yang dapat meningkatkan risiko hospitalisasi, memperpanjang waktu pemulihan, dan atau kematian pada kasus ekstrem. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi interaksi obat pada penderita COVID-19 dengan komorbid. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif observasional potong-lintang dan pengambilan data secara retrospektif dari lembar kendali dan rekam medis penderita COVID-19 periode Maret 2020 - Desember 2022 di salah satu rumah sakit swasta di Kota Bogor. Potensi interaksi obat dinilai tingkat keparahannya dan digolongkan berdasarkan kategori keparahan interaksi obat dengan mengacu pada Dynamedex dan Lexicomp. Korelasi antara data demografi dan potensi interaksi obat dianalisis kebermaknaannya menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan dari 96 penderita COVID-19 dengan komorbid didapatkan sebanyak 998 potensi interaksi obat dengan kategori keparahan minor (5,9%), moderat (39%), dan mayor (54,8%), dan kontraindikasi (2 kasus atau 0,2% ). Ada pengaruh yang bermakna antara potensi interaksi obat dan lama rawat inap pada penderita COVID-19 dengan komorbid diabetes mellitus dengan kategori keparahan moderat (p = 0,007) dan mayor (p = 0,010). Berdasarkan demografi ada korelasi bermakna (p= 0,044) antara jenis kelamin dengan potensi interaksi obat keparahan mayor pada penderita komorbid diabetes mellitus dan hipertensi. Dari 96 penderita COVID-19 dengan komorbid (diabetes mellitus, hipertensi, gagal jantung kongesti, infeksi saluran kemih, penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal kronis) potensi interaksi obat yang bermakna terutama terjadi pada penderita COVID-19 dengan komorbid diabetes mellitus dan komorbid diabetes mellitus dan hipertensi.