Salah satu hal yang menjadi tantangan dalam mengobati penderita COVID-19 dengan komorbid
adalah potensi interaksi obat di mana mayoritas penderita dengan komorbid mendapatkan
polifarmasi. Interaksi obat dapat menimbulkan efek samping yang dapat meningkatkan risiko
hospitalisasi, memperpanjang waktu pemulihan, dan atau kematian pada kasus ekstrem. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji potensi interaksi obat pada penderita COVID-19 dengan komorbid.
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif observasional potong-lintang dan pengambilan data
secara retrospektif dari lembar kendali dan rekam medis penderita COVID-19 periode Maret 2020
- Desember 2022 di salah satu rumah sakit swasta di Kota Bogor. Potensi interaksi obat dinilai
tingkat keparahannya dan digolongkan berdasarkan kategori keparahan interaksi obat dengan
mengacu pada Dynamedex dan Lexicomp. Korelasi antara data demografi dan potensi interaksi obat
dianalisis kebermaknaannya menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian
menunjukkan dari 96 penderita COVID-19 dengan komorbid didapatkan sebanyak 998 potensi
interaksi obat dengan kategori keparahan minor (5,9%), moderat (39%), dan mayor (54,8%), dan
kontraindikasi (2 kasus atau 0,2% ). Ada pengaruh yang bermakna antara potensi interaksi obat dan
lama rawat inap pada penderita COVID-19 dengan komorbid diabetes mellitus dengan kategori
keparahan moderat (p = 0,007) dan mayor (p = 0,010). Berdasarkan demografi ada korelasi
bermakna (p= 0,044) antara jenis kelamin dengan potensi interaksi obat keparahan mayor pada
penderita komorbid diabetes mellitus dan hipertensi. Dari 96 penderita COVID-19 dengan komorbid
(diabetes mellitus, hipertensi, gagal jantung kongesti, infeksi saluran kemih, penyakit
kardiovaskular, penyakit ginjal kronis) potensi interaksi obat yang bermakna terutama terjadi pada
penderita COVID-19 dengan komorbid diabetes mellitus dan komorbid diabetes mellitus dan
hipertensi.