Latar Belakang: Asupan natrium dan kalium yang tidak seimbang dapat
berdampak signifikan terhadap kesehatan, khususnya pada populasi dewasa.
Ketidakcukupan asupan kalium dan kelebihan asupan natrium seringkali menjadi
masalah gizi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data asupan
natrium dan kalium pada kelompok usia 40 tahun ke atas di Kota Bandung untuk
penilaian kecukupan asupan kedua mineral tersebut. Metode: Penelitian deskriptif
observasional menggunakan pendekatan potong lintang yang melibatkan penduduk
Kota Bandung berusia ?40 tahun serta besaran ukuran sampel menggunakan
rumus Slovin. Data asupan makanan dikumpulkan melalui wawancara food
recall 24 jam menggunakan pendekatan multi-tahap. Kuantifikasi natrium dan
kalium dalam masing-masing sampel mengacu pada Tabel Komposisi Pangan
Indonesia (TKPI) dan website Fat Secret. Tingkat kecukupan gizi dikaji dari
perbandingan asupan individu terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG). Analisis
data menggunakan statistik deskriptif untuk asupan natrium dan kalium, serta pola
makan tertentu. Hasil: Rata-rata total asupan harian natrium adalah 1874,67 ±
887,65 mg/hari pada hari kerja dan 1937,88 ± 880,42 mg/hari pada akhir pekan.
Rata-rata total asupan harian kalium adalah 1918,32 ± 733,26 mg/hari pada hari
kerja dan 2009,22 ± 769,16 mg/hari pada akhir pekan. Pada hari kerja, proporsi
pemenuhan natrium berlebih (?120 %AKG) 54,59 %, cukup (90–119 %AKG)
19,27 %, defisit ringan (80–89 %AKG) 6,42 %, defisit sedang (70–79 %AKG) 6,65
%, dan defisit berat (<70 %AKG) 13,07 %; sedangkan pada akhir pekan masingmasing 55,40 %, 23,22 %, 6,21 %, 7,13 %, dan 8,05 %. Sementara itu, seluruh
responden (baik hari kerja maupun akhir pekan) tidak ada yang memenuhi
kecukupan %AKG kalium yang direkomendasikan. Pola makan memengaruhi
asupan natrium dan kalium; responden yang tidak makan pagi memiliki asupan
natrium dan kalium paling rendah. Kesimpulan: Lebih dari 50% responden usia 40
tahun ke atas di Kota Bandung mengalami kelebihan asupan natrium, sedangkan
yang mengalami defisit sedang dan berat, kurang dari 20%. Hal tersebut, dapat
menjadi indikasi awal perlunya upaya pengendalian asupan natrium, mengingat
kelebihan asupan natrium merupakan salah satu faktor risiko penyebab hipertensi.
Sebaliknya, inikasi defisiensi kalium yang dialami oleh seluruh responden, perlu
menjadi perhatian dan ada upaya korektif, misalnya melalui suplementasi.
Perpustakaan Digital ITB