digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Latar Belakang: Asupan natrium dan kalium yang tidak seimbang dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan, khususnya pada populasi dewasa. Ketidakcukupan asupan kalium dan kelebihan asupan natrium seringkali menjadi masalah gizi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data asupan natrium dan kalium pada kelompok usia 40 tahun ke atas di Kota Bandung untuk penilaian kecukupan asupan kedua mineral tersebut. Metode: Penelitian deskriptif observasional menggunakan pendekatan potong lintang yang melibatkan penduduk Kota Bandung berusia ?40 tahun serta besaran ukuran sampel menggunakan rumus Slovin. Data asupan makanan dikumpulkan melalui wawancara food recall 24 jam menggunakan pendekatan multi-tahap. Kuantifikasi natrium dan kalium dalam masing-masing sampel mengacu pada Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) dan website Fat Secret. Tingkat kecukupan gizi dikaji dari perbandingan asupan individu terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG). Analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk asupan natrium dan kalium, serta pola makan tertentu. Hasil: Rata-rata total asupan harian natrium adalah 1874,67 ± 887,65 mg/hari pada hari kerja dan 1937,88 ± 880,42 mg/hari pada akhir pekan. Rata-rata total asupan harian kalium adalah 1918,32 ± 733,26 mg/hari pada hari kerja dan 2009,22 ± 769,16 mg/hari pada akhir pekan. Pada hari kerja, proporsi pemenuhan natrium berlebih (?120 %AKG) 54,59 %, cukup (90–119 %AKG) 19,27 %, defisit ringan (80–89 %AKG) 6,42 %, defisit sedang (70–79 %AKG) 6,65 %, dan defisit berat (<70 %AKG) 13,07 %; sedangkan pada akhir pekan masingmasing 55,40 %, 23,22 %, 6,21 %, 7,13 %, dan 8,05 %. Sementara itu, seluruh responden (baik hari kerja maupun akhir pekan) tidak ada yang memenuhi kecukupan %AKG kalium yang direkomendasikan. Pola makan memengaruhi asupan natrium dan kalium; responden yang tidak makan pagi memiliki asupan natrium dan kalium paling rendah. Kesimpulan: Lebih dari 50% responden usia 40 tahun ke atas di Kota Bandung mengalami kelebihan asupan natrium, sedangkan yang mengalami defisit sedang dan berat, kurang dari 20%. Hal tersebut, dapat menjadi indikasi awal perlunya upaya pengendalian asupan natrium, mengingat kelebihan asupan natrium merupakan salah satu faktor risiko penyebab hipertensi. Sebaliknya, inikasi defisiensi kalium yang dialami oleh seluruh responden, perlu menjadi perhatian dan ada upaya korektif, misalnya melalui suplementasi.