Dampak erupsi Gunung Tambora tahun 1815 terhadap parameter meteorologi di Indonesia belum banyak diketahui karena tidak adanya data observasi cuaca pada saat itu. Dalam penelitian ini dikaji dampak erupsi tersebut di Indonesia dengan menggunakan salah satu skenario simulasi Max-Planck Institute Earth System Model (MPI-ESM) yang sebelumnya dipilih dengan membandingkannya terhadap data proxy 𝛿18𝑂 dari coral Porites sp. Penelitian ini mengkaji dampak yang terjadi terhadap variasi temperatur dan presipitasi pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) dan Desember-Februari-Januari (DJF).
Data proxy 𝛿18𝑂 sebelumnya dibandingkan dengan data reanalisis untuk melihat apakah data 𝛿18𝑂 memang mampu merekam perubahan temperatur dan presipitasi atau tidak. Data model kemudian dibandingkan dengan data 𝛿18𝑂 tersebut untuk melihat konsistensi antara kedua data. Analisis konsistensi dilakukan untuk pemilihan skenario model yang paling representatif. Selain itu, dilakukan perbandingan antara indeks Nino 3.4 dari data rekonstruksi proxy dengan indeks Nino 3.4 yang bersumber dari model untuk menganalisis pengaruh ENSO pada saat kejadian dan pasca erupsi Gunung Tambora tahun 1815. Setelah itu, dilakukan analisis dampak dari erupsi Gunung Tambora tahun 1815 secara temporal maupun spasial.
Simulasi model menunjukkan konsistensi yang baik terhadap parameter temperatur permukaan pada saat Juni-Juli-Agustus (JJA), tetapi belum mampu menggambarkan anomali presipitasi akibat erupsi dengan baik. Berdasarkan hasil simulasi, erupsi Gunung Tambora tahun 1815 menyebabkan penurunan temperatur sebesar 0.4-1°C di Indonesia pada tahun 1816-1817 dan temperatur kembali normal pada tahun 1818 dan seterusnya.
Perpustakaan Digital ITB