digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Potensi energi panas bumi di Indonesia sangat besar yaitu 23.700 MWe, namun hingga saat ini pemanfaatannya baru sebesar 2515 MW atau 11%. Salah satu penyebab rendahnya pemanfaatan energi panas bumi adalah tingginya biaya investasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Wilayah Indonesia Timur memiliki potensi panas bumi yang melimpah namun masih menghadapi tantangan harga listrik yang tinggi dan akses energi yang terbatas. Selain energi panas bumi, wilayah ini juga memiliki potensi energi matahari yang cukup melimpah yaitu rata-rata 4,9 kWh/m2. Energi ini dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan menggunakan metode Parabolic Concentrated Solar Power (CSP) dimana energi panas yang dipancarkan matahari dikumpulkan melalui reflektor surya terkonsentrasi dan diserap oleh Heat Transfer Fluid (HTF). Namun dalam implementasinya, CSP memerlukan lahan yang sangat luas dan datar sehingga akan sulit diimplementasikan di wilayah dengan topografi pegunungan. WKP Tulehu merupakan salah satu WKP yang hingga saat ini belum ada perkembangan pemanfaatan sumber daya panas bumi. WKP ini memiliki sumber daya panas bumi intermediate temperature resource sehingga pemanfaatanya tidak semenarik sumber daya panas bumi high temperature resource. Tetapi wilayah ini termasuk ke dalam sistem panas bumi flat terrain sehingga integrasi CSP pada PLTP memungkinkan untuk dilakukan dengan menggunakan sistem siklus biner / Organic Rankine Cycle (ORC). Analisa tekno-ekonomi dilakukan untuk mengetahui dampak dari integrasi CSP pada PLTP. Dari hasil analisa, integrasi sistem CSP ke PLTP siklus biner terbukti dapat meningkatkan temperatur brine, daya keluaran netto dan efisiensi termal pembangkit. Temperatur brine dapat ditingkatkan dari 133,5oC hingga 180 oC, daya keluaran netto dapat ditingkatkan dari 608,93 kW hingga 1423,29 kW serta efisiensi termal dapat meningkat dari 11,30% hingga 14,28%. Pada aspek keekonomian, integrasi ini menghasilkan perbaikan LCOE sebesar 34,3$/MWh dari 264$/MWh menjadi 229,7$/MWh., Internal Rate of Return (IRR) on project sebesar 6,66% dan Return on Investment (ROI) pada proyek selama 55 tahun.