Wana Wisata Batu Kuda merupakan salah satu kawasan wisata yang terletak di bawah kaki gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan dikelola oleh Perum Perhutani KPH Bandung Utara. Wana Wisata Batu Kuda Manglayang menjadi salah satu lokasi wisata yang sering dikunjungi masyarakat Bandung dan sekitarnya berkat keindahan alami hutan pinus dan pemandangan asri pegunungan Manglayang serta ikon uniknya berupa batu besar berbentuk kepala kuda yang menjadikan kawasan wisata ini berbeda dari wana wisata lain yang sama-sama dikelola oleh Perum Perhutani. Potensi alam hutan pinus yang dimiliki kawasan wisata ini cukup menjanjikan serta adanya potensi lainnya yang belum dimanfaatkan secara optimal mendorong untuk dilakukan penelitian atau kajian lebih lanjut. Identifikasi potensi wisata dianggap penting dilakukan untuk mengetahui kondisi kawasan, apakah layak untuk dilakukan pengembangan aktivitas wisata baru maupun pengembangan sarana dan prasarana penunjang lainnya yang nantinya dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan kelayakan pengembangan wisata, menganalisis surplus konsumen dan nilai manfaat wisata, serta menggambarkan model bisnis pariwisata Wana Wisata Batu Kuda Manglayang. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer yang diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara kepada pengelola kawasan yang terdiri dari dua orang pegawai Perum Perhutani dan perwakilan LMDH Manglayang Lestari, dan kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang pengunjung, serta data sekunder yang diperoleh melalui studi literatur. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis daerah operasi objek dan daya tarik wisata alam untuk potensi wisata, analisis linear regresi linear berganda untuk permintaan wisata, serta Business Model Canvas yang diintegrasikan dengan analisis Blue Ocean Strategy untuk merancang model bisnis Wana Wisata Batu Kuda yang implementatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Wana Wisata Batu Kuda memiliki indeks kelayakan pengembangan sebesar 90,88% dan termasuk ke dalam kategori layak untuk dikembangkan. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan di Wana Wisata Batu Kuda adalah biaya perjalanan, pendapatan, jarak tempuh, waktu tempuh, dan tingkat kepuasan pengunjung. Nilai surplus konsumen Wana Wisata Batu Kuda sebesar Rp 68.644 dan nilai manfaat wisata pada tahun 2023 sebesar Rp 2.745.828.644. Setiap blok BMC yang telah diidentifikasi dan dianalisis digunakan untuk mendukung
pengembangan bisnis berkelanjutan di wana wisata. Penerapan business model canvas (BMC) efektif dalam memetakan kekuatan maupun kelemahan serta peluang pengembangan bisnis wisata di kawasan hutan lindung. Hasil analisis business model canvas (BMC) menunjukkan bahwa Wana Wisata Batu Kuda yang merupakan kawasan hutan lindung tetap memberikan keuntungan dalam segi bisnis Wana Wisata berdasarkan penghitungan profit pada tahun 2022 yakni sebesar Rp 179.409.000. Kombinasi business model canvas (BMC) dengan blue ocean strategy (BOS) menggambarkan bahwa perlu dilakukan penguatan terhadap aspek value proposition dan revenue streams salah satunya dengan cara mengembangkan aktivitas wisata seperti paket wisata edukasi lingkungan kepada siswa sekolah yang diintegrasikan dengan mata pelajaran lingkungan hidup.
Perpustakaan Digital ITB