Fenomena Urban Heat Island (UHI) menjadi isu lingkungan signifikan di kota besar seperti Jakarta, diperparah oleh urbanisasi masif dan terbatasnya ruang hijau. Lanskap jalan, yang mencakup 25-35% lahan perkotaan, berpotensi besar untuk mitigasi UHI melalui Solusi Berbasis Alam (NBS). Namun, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada persepsi dan preferensi publik, sebuah aspek yang belum banyak dikaji di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi preferensi publik terhadap elemen NBS di lanskap jalan koridor transit padat, dengan studi kasus Jalan Lebak Bulus Raya, Jakarta Selatan. Menggunakan metode campuran, data primer dari survei daring kepada 115 responden valid dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan dukungan publik yang sangat kuat untuk transformasi ruang jalan. Teridentifikasi hierarki preferensi yang jelas, di mana elemen fungsional yang memberikan manfaat ekologis langsung seperti pohon jalan dan permeable paving menjadi prioritas utama, sementara elemen berisiko perawatan tinggi seperti pohon buah mendapat dukungan terendah. Temuan kunci yang paling signifikan adalah kesediaan tinggi responden, termasuk pemilik kendaraan pribadi, untuk mengorbankan 100% ruang parkir di tepi jalan demi ruang hijau. Studi ini juga mengidentifikasi persona publik sebagai "idealis pragmatis": memiliki aspirasi tinggi terhadap lingkungan hijau, namun diiringi skeptisisme mendalam terhadap kapasitas pemerintah dalam implementasi dan perawatan jangka panjang. Implikasinya adalah adanya mandat sosial yang kuat bagi perencana untuk merealokasi ruang jalan dari dominasi kendaraan menjadi ruang publik berorientasi manusia. Rekomendasi utama mencakup implementasi NBS secara bertahap dan kewajiban menyertakan protokol perawatan yang transparan untuk membangun kepercayaan publik.
Perpustakaan Digital ITB