digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800








DAFTAR PUSTAKA GIVANO RAMADHAN NIM: 28823015
EMBARGO  2028-08-14 

LAMPIRAN GIVANO RAMADHAN NIM: 28823015
EMBARGO  2028-08-14 

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan upaya pengembangan cagar budaya di Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, agar dapat dioptimalkan sebagai destinasi wisata unggulan daerah yang berkelanjutan. Tanjung Pura, yang merupakan bekas pusat pemerintahan Kesultanan Langkat, memiliki sembilan situs utama peninggalan sejarah dan budaya, yaitu Masjid Azizi, Jam’iyah Mahmudiyah, Pesanggrahan Kesultanan Siak, Museum Daerah Langkat, Rumah Keluarga Darus, Gedung Keamanan, Komplek Pertokoan Lama, Komplek Makam Kesultanan, dan Taman Puisi Amir Hamzah. Keseluruhan situs ini memiliki nilai sejarah, estetika, dan simbolik yang signifikan, namun belum dimanfaatkan secara optimal dalam kerangka pengembangan pariwisata terpadu. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis konten mendalam terhadap hasil wawancara dengan pemangku kepentingan, termasuk tokoh masyarakat, pengelola situs, pelaku wisata, dan pejabat pemerintah daerah. Analisis dilakukan dengan mengacu pada kerangka Market Appeal–Robusticity Matrix yang dikembangkan oleh McKercher & du Cros (2015), yang memetakan tingkat daya tarik pasar (market appeal) dan kapasitas ketahanan situs (robusticity). Variabel yang dianalisis mencakup nilai budaya, nilai fisik, nilai pengalaman, nilai keberlanjutan, serta nilai pariwisata, yang masing-masing terdiri dari indikator- indikator terukur berbasis data lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masjid Azizi menempati posisi tertinggi pada kedua dimensi analisis, dengan popularitas luas hingga tingkat regional, arsitektur monumental khas Melayu, aksesibilitas tinggi, amenitas lengkap, serta keterlibatan komunitas dan dukungan politik yang kuat. Taman Puisi Amir Hamzah dan Komplek Makam Kesultanan memiliki robusticity tinggi namun daya tarik pasar menengah, sehingga memerlukan strategi peningkatan popularitas melalui event rutin dan integrasi dalam paket wisata bud aya. Jam’iyah Mahmudiyah dan Museum Daerah Langkat berada pada kategori daya tarik menengah namun robusticity rendah, sehingga prioritasnya adalah konservasi fisik dan penambahan fasilitas interpretasi sebelum promosi besar-besaran. Pesanggrahan Kesultanan Siak, Gedung Keamanan, Komplek Pertokoan Lama, dan Rumah Keluarga Darus memiliki nilai rendah pada kedua dimensi, memerlukan intervensi konservasi darurat dan reposisi fungsi sebelum dikembangkan lebih lanjut sebagai atraksi wisata. Rekomendasi strategis yang dihasilkan menekankan pentingnya integrasi situs- situs tersebut dalam suatu jalur wisata tematik (heritage trail) yang memadukan dimensi religi, sejarah, dan sastra. Inspirasi pengelolaan diambil dari Kompleks Masjid Sulaimaniye di Istanbul yang memadukan fungsi religius, edukasi, dan ekonomi dalam satu kawasan bersejarah; Sumbu Filosofis Yogyakarta yang menghubungkan titik-titik warisan melalui narasi simbolik dan tata ruang kota yang terintegrasi; serta Plaza Rajah Sulaiman di Manila yang berhasil merevitalisasi ruang publik sebagai pusat interaksi budaya. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ini, Tanjung Pura dapat mengembangkan narasi kota warisan “Heritage City” yang mengangkat identitas Kesultanan Langkat sebagai daya tarik utama, sambil menciptakan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan cagar budaya di Tanjung Pura tidak dapat dilakukan secara parsial per situs, melainkan memerlukan tata kelola terpadu yang melibatkan kolaborasi pemerintah daerah, komunitas lokal, sektor swasta, dan lembaga akademik. Pendekatan yang menggabungkan konservasi fisik, diversifikasi produk wisata, peningkatan pengalaman pengunjung, dan penguatan branding kota diharapkan mampu meningkatkan lama tinggal wisatawan, memperluas segmen pasar, serta memperkuat ketahanan ekonomi lokal. Dalam jangka panjang, strategi ini berkontribusi pada pelestarian nilai budaya dan sejarah yang tidak hanya bermanfaat bagi generasi sekarang, tetapi juga menjadi warisan yang terjaga untuk generasi mendatang. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi praktis bagi pengelolaan destinasi heritage di Indonesia, khususnya pada kawasan yang memiliki warisan sejarah kerajaan Melayu. Model analisis yang digunakan dapat direplikasi pada wilayah lain dengan karakteristik serupa, sementara rekomendasi yang dihasilkan dapat diadaptasi sesuai konteks lokal. Implementasi strategi yang terarah diharapkan menjadikan Tanjung Pura sebagai destinasi budaya berkelas regional yang memadukan kekuatan sejarah, keindahan arsitektur, dan dinamika sosial budaya dalam satu kesatuan yang berkelanjutan.